Dan Perahu-perahu Kecil Itu Akan Sampai
ke Rumah Tuhan
“Nulis
apa, Luh?” masih berbaring di dipan ruang tamu. Tadi malam, sepulang dari
tempat entah, lelaki itu terdengar riuh menceracau hingga larut malam. Mabuk.
“Surat,” tanpa menoleh.
“Lalu
kenapa kau membuangnya ke laut?” mengucek mata.
Terhenti.
Menoleh bapaknya. “Bapak mengambilnya kembali?”
“Kayak
bocah saja. Apa tak ada permainan lainnya?” menguap.
“Bapak
jangan mengganggu kapal-kapalku,” menatap serius.
“Belikan
Bapak rokok. Ini uangnya.”
Suluh
mengacuhkannya. Kembali meneruskan menulis surat-suratnya.
“Heh,
belikan Bapak rokok. Apa kamu tak punya telinga?” mencoba duduk.
“Kenapa
Bapak tak menikah lagi saja?”
Mata
anak dan bapak itu saling bertemu.
“Kamu
ngomong apa, anak bodoh? Ayo cepat belikan Bapak rokok.”
Suluh
bangkit. Tak dihiraukan suara bapaknya.
“Oo…
anak edan!”
* * *