Senin, 26 Oktober 2015

Kenangan



Kenangan



Ibu panik ketika Fida bilang telah menjual sepatu boot tua milik almarhum Bapak ke seorang pencari barang bekas. Ibu bertanya, orang yang mana? Fida bilang perempuan gemuk dengan tahi lalat dekat hidung. Orang itu bukan pencari barang bekas yang biasanya menjadi langganan mereka. Tapi Ibu tetap saja memaksa Bari, suami Fida, untuk menemaninya melacak keberadaan boot tua itu sekarang. Tentu saja boot tua itu tak ketemu lagi.
“Aku kan sudah bilang, jangan jual barang-barang Ibu. Kalau kamu kekurangan uang, kenapa tak minta saja ke Ibu?”
“Buat apa sih Ibu menyimpan barang-barang rongsokan itu? Cuma bikin sumpek rumah saja,” gerutu Fida.

Kamis, 08 Oktober 2015

Lomba Menulis Cerpen Tamanfiksi.com

Yuk, ikutan! Siapa tahu karyamu turut dibukukan.
Gratisan lho...
Hadiahnya juga lumayan...



Senin, 05 Oktober 2015

Lomba Gado-gado Majalah Femina

Writing Competition BTPN SINAYA
Inspirational Story 


Dear Fashion Lovers,
Yuk, ikuti lomba menulis Gado-Gado Femina bertema Simple Kindness. Kenapa dipilih tema tentang kebaikan? Sebab, kebahagiaan itu terletak pada kebaikan-kebaikan kecil yang terjadi di sekitar kita. Bisa dari kita, atau dari orang-orang terdekat. Hal-hal sederhana sekalipun, bisa membuat orang lain bahagia.

Bagikan pengalaman Anda yang lucu, tak terlupakan, dan berkesan yang berhubungan dengan kebaikan-kebaikan kecil, namun meninggalkan efek positif dalam diri kita dalam lomba atau kebaikan-kebaikan sederhana.

Dan Perahu-perahu Kecil Itu Akan Sampai ke Rumah Tuhan



Dan Perahu-perahu Kecil Itu Akan Sampai ke Rumah  Tuhan



“Nulis apa, Luh?” masih berbaring di dipan ruang tamu. Tadi malam, sepulang dari tempat entah, lelaki itu terdengar riuh menceracau hingga larut malam. Mabuk.
“Surat,” tanpa menoleh.
“Lalu kenapa kau membuangnya ke laut?” mengucek mata.
Terhenti. Menoleh bapaknya. “Bapak mengambilnya kembali?”
“Kayak bocah saja. Apa tak ada permainan lainnya?” menguap.
“Bapak jangan mengganggu kapal-kapalku,” menatap serius.
“Belikan Bapak rokok. Ini uangnya.”
Suluh mengacuhkannya. Kembali meneruskan menulis surat-suratnya.
“Heh, belikan Bapak rokok. Apa kamu tak punya telinga?” mencoba duduk.
“Kenapa Bapak tak menikah lagi saja?”
Mata anak dan bapak itu saling bertemu.
“Kamu ngomong apa, anak bodoh? Ayo cepat belikan Bapak rokok.”
Suluh bangkit. Tak dihiraukan suara bapaknya.
“Oo… anak edan!”
*          *          *