Kamis, 11 April 2019

Mewaspadai Penanda Kosong



‘Mewaspadai’ Penanda Kosong




Dalam ilmu linguistik, kita pasti akan mengenal apa yang disebut sebagai ‘penanda kosong’. Makna yang dibawa penanda ini begitu mudah dimanfaatkan oleh pengucapnya, sehingga terkesan menimbulkan kekosongan makna. Semua orang bisa memanfaatkan deretan penanda kosong ini sesuka dan sesuai keinginannya, seolah-olah makna dari penanda kosong itu telah tersampaikan, padahal tindakan mereka justru menihilkan makna yang ada. Sebagai contoh dalam deretan penanda kosong ini; kebenaran, keadilan, kebahagiaan, keindahan, Tuhan, rakyat, dsb.

Selasa, 02 April 2019

Perihal Nama



Perihal Nama




Apalah arti sebuah nama’, adalah ungkapan terkenal yang pernah diucapkan oleh pujangga kenamaan Inggris, William Shakespeare. Dalam konteks pembicaraannya itu, ia seolah menganggap nama hanyalah sekadar nama, yang digunakan untuk mengenali dan memberi ciri seseorang. Nama seolah tak memiliki makna apa pun selain hanya dijadikan penanda atau alat untuk memanggil. Padahal seperti yang kita tahu, saat kita mencarikan nama untuk calon jabang bayi terkadang sampai harus tanya ke sana- kemari, pergi ke ‘orang pintar’, melihat ‘neptu dan hari pasaran’ (Jawa), melihat bulan, musim, sampai ini itu yang intinya agar nama itu selain enak dan (terasa) cocok buat kita, juga dimaksudkan untuk menyimpan momen/kenangan, makna tertentu, cita-cita/harapan, (bahkan) untuk mengabadikan sang mantan, sampai kadang untuk mengabadikan orang yang kita kagumi. Nama bukanlah sekadar nama.