Senin, 18 November 2019

Mencipta dan Membuat


Mencipta dan Membuat




Di dalam Al Quran, terdapat dua kata yang artinya hampir sama tapi sebenarnya berbeda. Untunglah kedua kata tersebut diterjemahkan dengan dua kata yang (sebenarnya) berbeda maknanya pula. ‘Khalaqa’ yang kemudian diterjemahkan dengan ‘menciptakan’ dan ‘ja’ala’ yang diterjemahkan sebagai ‘membuat’. Dua kata yang memiliki arti sama-sama memproses terjadinya sesuatu, namun memiliki perbedaan dalam perkara prosesnya. Dalam hal ini, dua kata tersebut masih saja disalahpahami maknanya sehingga menimbulkan kesalahan pula dalam pemakaiannya.

Selasa, 05 November 2019

Psikologi Bahasa


Psikologi Bahasa



Pernahkah kita memikirkan perihal; ‘Bahasakah yang memengaruhi psikologi kita, ataukah sebaliknya? bahwa kondisi psikologi akan sangat memengaruhi bahasa kita?’

Minggu, 27 Oktober 2019

Orisinalitas Ide, Adakah?


Orisinalitas Ide, Adakah?





Adakah ide yang orisinal?
Betapa seringnya pertanyaan krusial ini dilontarkan oleh penulis (sastra) yang saya kira terlalu sok suci dan hati-hati dalam mencari bahan tulisan. Seolah orisinalitas ide adalah syarat mutlak untuk membangun karya monumental. Bukankah jika begini, generasi paling belakang bisa dikatakan sebagai generasi paling malang—lantaran merekalah yang paling tidak orisinil? Sebab, mereka hanya melakukan tindakan pungut ide dari para pendahulu untuk kemudian dikembangkan sendiri.

Minggu, 29 September 2019

Petikan dari "Lauk dari Langit"nya Danarto

  

 ... ... ...

     "Apa yang dimaksud Allah dengan hujan ikan ini?" kata sang suami di dalam hati.
     "Apa yang dimaksud Allah dengan hujan ikan ini, tidak perlu kita ketahui," kata istrinya di dalam hati juga.
     "Mengapa tidak boleh kita ketahui?" kata suami di dalam hati.
     "Berkahnya akan berkurang," kata sang istri.
     "Mengapa berkahnya berkurang?"
     "Karena kita ingin mengetahui suatu rahasia, padahal bersyukur lebih baik."
     "Saya tidak mengerti."
     "Makanya lebih baik diam."
   ... ... ...

Kamis, 26 September 2019

Keluarga, Revolusi Media, dan Anak-Anak


Keluarga, Revolusi Media, dan Anak-Anak



Efek Revolusi Teknologi Digital
Apa yang diramalkan sosiolog Alvin Toffler dalam buku Future Shock pada 1970-an, tampaknya memang menjadi nyata. Pergeseran teknologi dari mekanik ke digital yang dimulai sejak dekade ’80-an, perlahan tapi pasti mulai menampakkan efek sampingnya.

Dari Pentingnya Budaya Literasi, Hoaks, Hingga AMJ


Dari Pentingnya Budaya Literasi, Hoaks, Hingga AMJ



Hoaks, Cermin Kurangnya Pendidikan Literasi
Dalam sebuah risetnya, lembaga konsultan politik Polmark Indonesia mendapati hasil survey (lokasi survey, Jakarta 2017) bahwa 60,8% dari responden yang disurvey mengaku pernah mendapatkan hoaks, dengan detail sebagai berikut; 3,1% mengaku sangat sering mendapatkan hoaks, 18,1 sering mendapatkan hoaks, 20,3% jarang mendapatkan hoaks, dan 19,3% sangat jarang mendapatkan hoaks. Realita tersebut diperparah dengan data berikutnya yang menggambarkan rendahnya upaya klarifikasi hoaks dan upaya penyebaran hasil upaya klarifikasi tersebut.

Jumat, 20 September 2019

Cerita Rakyat Sebagai Upaya Edukasi Kebencanaan


Cerita Rakyat Sebagai Upaya Edukasi Kebencanaan




Dikisahkan, ada sepasang muda-mudi yang tengah dirundung kasmaran. Kisah cinta mereka tak mendapatkan restu dari bapak si gadis dengan berbagai alasan. Namun diam-diam, tanpa sepengetahuan sang bapak, dua sejoli ini sebenarnya sering bertemu demi melepas rindu. Dalam sebuah kesempatan—ketika bapak si gadis diketahui bepergian dalam jangka waktu yang lama, sepasang kekasih ini memutuskan untuk bersama-sama menghabiskan rindu ke sebuah bukit yang tak jauh dari perkampungan mereka. Sebuah bukit yang sebenarnya jarang dikunjungi oleh warga lantaran telah dikenal keangkerannya. Di samping memang lokasinya yang berbahaya lantaran di kanan kiri jurang menganga siap menelan mereka jika tak waspada. Nun, dalam perjalanan itu, kenikmatan melepas kangen memang akhirnya menghilangkan kewaspadaan mereka. Dikisahkan, akhirnya salah satu dari mereka terperosok, sementara pasangannya turut jatuh saat berniat menolong.

Minggu, 28 Juli 2019

Rasa Bahasa



Rasa Bahasa


Dalam bahasa Jawa, dikenal tiga tingkatan berbahasa yang masing-masingnya memiliki fungsi, tempat, dan rasa bahasa yang berbeda. Tiga tingkatan itu tampaknya memang terbentuk dari, sekaligus mendukung budaya feodalisme Jawa yang bermuara dari sistem kerajaan.

Sabtu, 29 Juni 2019

Antara Gelar dan Profesi



Antara Gelar dan Profesi




 Dalam sebuah esainya, Bre Redana pernah membeber perihal makna ‘budayawan’ dan ‘sastrawan’ yang sebenarnya tak sesederhana seperti dalam pemahaman kebanyakan orang selama ini. Bahwa sebenarnya tak semua penulis sastra atau pelaku budaya pantas mendapatkan gelar atau panggilan yang megah itu. Gelar atau panggilan sastrawan sejatinya hanya pantas disandang oleh dia yang seumur hidupnya didedikasikan ke dalam dunia sastra, demikian pula ‘budayawan’ yang ‘total’ mendedikasikan hidupnya ke dalam ranah budaya. Gelar tersebut belumlah pantas disandang oleh mereka yang sekadar mampir apalagi coba-coba di kedua ranah bidang tersebut.

Kamis, 11 April 2019

Mewaspadai Penanda Kosong



‘Mewaspadai’ Penanda Kosong




Dalam ilmu linguistik, kita pasti akan mengenal apa yang disebut sebagai ‘penanda kosong’. Makna yang dibawa penanda ini begitu mudah dimanfaatkan oleh pengucapnya, sehingga terkesan menimbulkan kekosongan makna. Semua orang bisa memanfaatkan deretan penanda kosong ini sesuka dan sesuai keinginannya, seolah-olah makna dari penanda kosong itu telah tersampaikan, padahal tindakan mereka justru menihilkan makna yang ada. Sebagai contoh dalam deretan penanda kosong ini; kebenaran, keadilan, kebahagiaan, keindahan, Tuhan, rakyat, dsb.

Selasa, 02 April 2019

Perihal Nama



Perihal Nama




Apalah arti sebuah nama’, adalah ungkapan terkenal yang pernah diucapkan oleh pujangga kenamaan Inggris, William Shakespeare. Dalam konteks pembicaraannya itu, ia seolah menganggap nama hanyalah sekadar nama, yang digunakan untuk mengenali dan memberi ciri seseorang. Nama seolah tak memiliki makna apa pun selain hanya dijadikan penanda atau alat untuk memanggil. Padahal seperti yang kita tahu, saat kita mencarikan nama untuk calon jabang bayi terkadang sampai harus tanya ke sana- kemari, pergi ke ‘orang pintar’, melihat ‘neptu dan hari pasaran’ (Jawa), melihat bulan, musim, sampai ini itu yang intinya agar nama itu selain enak dan (terasa) cocok buat kita, juga dimaksudkan untuk menyimpan momen/kenangan, makna tertentu, cita-cita/harapan, (bahkan) untuk mengabadikan sang mantan, sampai kadang untuk mengabadikan orang yang kita kagumi. Nama bukanlah sekadar nama.

Selasa, 12 Februari 2019

Pedagang Kata-Kata Mutiara

pic; Pinterest

Kata-kata mutiara bisa saja kita dapatkan dengan mudahnya di sepanjang jalan raya. Kita bisa memungutnya dengan mudah. 
Namun perkara kemudian, apakah itu akan kita gunakan untuk sekadar menghiasi diri di mata semua orang demi agar terlihat seperti burung merak, untuk benar-benar kita hayati (melakoninya) dan memperbaiki diri, ataukah justru kita jual kembali dengan harga yang murah (lagi-lagi demi), semuanya adalah tergantung kita.
Hidup memang soal memilih. Betapapun pilihan itu kadang harus mengingkari hati kecil sendiri.