Seekor Kucing yang Menginspirasi Dunia
Judul
Buku : Dewey
Penulis :
Vicki Myron dan Bret Witter
Penerbit :
Penerbit Serambi
Cetakan :
Pertama, Juni
2015
Tebal :
392 halaman
ISBN :
978-602-290-046-7
Kisah inspiratif ini dimulai dari peristiwa
menyedihkan. Umurnya baru beberapa minggu ketika pada malam terdingin tahun
itu, seekor kucing malang ditemukan oleh Vicki
Myron dalam kotak pengembalian buku Perpustakaan Umum Spencer, Iowa
(hal.12). Bayi kucing itu pun segera mendapatkan simpati dari para penghuni
perpustakaan dengan beragam cara kasih sayang, terutama dari Vicki—yang pertama
kali menemukan, yang kemudian berniat menjadikannya ‘anak angkat’ yang tinggal
di perpustakaan.
Tapi, keinginan itu mesti terhadang soal izin tempat
tinggal Dewey, yang meski terkesan sepele, namun ternyata rumit. Vicki harus
maklum dengan Walikota yang tak mau tahu urusan perpustakaan, maklum dengan
jaksa wilayah yang awam undang-undang pemeliharaan hewan di perpustakaan, serta
terutama para dewan perpustakaan yang semula memberinya kesempatan, namun di
kemudian hari coba mempermasalahkan ketika Dewey dalam masa-masa menjelang
kematiannya lantaran ia tak lagi menjadi kucing yang tepat bagi sebuah
perpustakaan. Beruntunglah, lantaran pada masa awal pertumbuhannya, Dewey
begitu ramah terhadap pengunjung perpustakaan, tak pemalu dan penakut, tak
banyak tingkah, serta suka berada di antara banyak orang dan mampu membuat
orang-orang balas menyayanginya. Nama ‘Dewey’ itu sendiri merupakan hadiah yang
digagas pihak perpustakaan dalam sebuah perlombaan Our Name the Kitty—Nama Kita untuk Pusi (hal. 40).
Perlahan tapi pasti, Dewey menjadi sahabat istimewa
bagi beberapa pengunjung perpus. Sebut saja Sharon dan anak perempuannya—Emmy yang
mengidap sindrom Down, Yvonne Berry—wanita lajang berusia akhir tigapuluhan
yang pernah terpaksa menyuntik mati kucingnya, Chrystal—gadis kecil tuna
grahita yang amat sulit diajak bersosialisasi. Kedekatan hati mereka terbangun
seiring pertumbuhan dan tingkah polah Dewey yang begitu menggemaskan dan
menyenangkan.
Bagi Vicki sendiri, Dewey telah menjadi bagian dari
keluarga kecilnya yang sempat berantakan. Dewey menjadi sahabat karib yang
meski tak pernah bisa memberinya nasihat, namun selalu bisa menjadi tempat
pelarian dari kesedihan. Ketika Vicki memutuskan bercerai dengan suaminya yang
kecanduan miras, ketika jatuh bangun menafkahi Jodi—anak semata wayang, ketika harus
berjuang melawan kanker payudara, serta berbagai kesedihan yang menimpa keluarga
besarnya, Deweylah si pelipur lara itu. Ayah Vicki sendiri juga seorang
pencinta binatang. Lelaki itu sengaja menghadiahi ibu Vicki dengan kucing
bernama Max untuk menemani masa-masa uzurnya serta penghibur dari rasa sedih
setelah kehilangan anak kedua yang digerogoti kanker dan anak sulung yang nekat
memilih bunuh diri. Tampak bahwa keluarga besar Vicki tak menganggap piaraan
hanya sebagai hewan belaka. Kasih sayang, persahabatan, serta pentingnya sikap
peduli (meski terhadap seekor hewan), tercermin dalam suasana keluarga besar
Jipson.
Ketabahan hewan tersebut telah mengajari Vicki
sesuatu. Dari yang semula tersia-sia dan hampir mati, Dewey kemudian mengubah
Perpustakaan Spencer menjadi sebuah tempat yang istimewa. Ia menjadi kecintaan
para anggota Klub Pendongeng, menjadi ikon sebuah merk makanan kucing terkenal,
secara teratur namanya juga muncul di berbagai surat kabar kota-kota yang tak
jauh dari Spencer, berbagai majalah fauna, bahkan kemudian muncul di stasiun
televisi lokal dan memicu stasiun televisi kota-kota dan negara-negara bagian
sekitar untuk tak mau kalah (hal. 213). Ketenaran Dewey semakin meroket ketika
sebuah kru televisi dari Jepang berniat mengabadikannya dalam sebuah film
dokumenter. Meski hasilnya ternyata hanya beberapa menit adegan duduk dan
duduk, tapi hal itu cukup memberi semangat baru bagi para warga Perpustakaan
Spencer khususnya, juga kebanggaan bagi sebuah kota pertanian di pedalaman
Amerika yang pernah bangkrut, untuk kemudian bangkit dari krisis berkepanjangan
yang berakar jauh dari masa silam.
Sebuah kisah nyata yang menyentuh hati dan
menginspirasi untuk selalu berpikir positif di tengah segala kesulitan hidup.*
(Nur Hadi, Koran Jakarta, Sabtu 8 Agustus 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar