Selasa, 11 Agustus 2015

Salat Sebagai Terapi



Salat Sebagai Terapi


Judul Buku  :  Sembuh Total
Penulis        :  M. Yusuf Ubaidillah
Penerbit       :  Penerbit Saufa
Cetakan       :  Pertama,  2015
Tebal           :  244 halaman
ISBN           :  978-602-0806-09-9


Allah yang menurunkan penyakit, dan Allah pula yang memberikan penyembuhnya. Jika ada sebuah penyakit yang belum dapat tertangani oleh ihtiar manusia, itu tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan manusia. Mendekat kepada-Nya menjadi jalan keniscayaan yang semestinya ditempuh agar Dia memberikan kesembuhan. Salat menjadi jalur yang bisa ditempuh untuk mendapatkan kedekatan itu. Buku ini memaparkan sejumlah bukti dan keterkaitan salat sunnah dengan terapi penyembuhan.
Tahajjud disinyalir dapat menambah daya imunitas tubuh lantaran orang bangun tidur di malam hari berarti menghentikan kebiasaan tidur dan ketenangan terlalu lama yang bisa menjadi pencetus penyumbatan pembuluh darah. Hormon kortisol dan adrenalin juga akan terkontrol secara alami, sehingga membuat jantung berdetak stabil dan normal, yang akan berimbas langsung terhadap aliran darah dan sistem saraf.
Rasulullah Saw. pernah mengungkap bahwa dalam tubuh manusia terdapat 360 persendian yang wajib untuk diberi sedekah. Sedekah yang dimaksud adalah salat dhuha. Selain berfungsi sebagai terapi fisik, menurut dr.Ibrahim Kazim, yang seorang peneliti sekaligus direktur di Trinidad Islamic Academy, salat dhuha mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan zat enkefalin dan endorphin secara alami. Hormon ini berfungsi memberikan perasaan gembira, senang, rileks, dan tenang, sehingga menjadikan seseorang tampak lebih optimis, hangat, menyenangkan, serta seolah menebarkan aura ini kepada lingkungan sekitar (hal. 123).
Dari hasil penelitian Edwin Robertson D.Phill, profesor neurology dari Harvard Medical School, bahwa terkadang memori kedua yang masuk ke otak dapat mengganggu memori pertama yang sudah ada. Dalam batas-batas tertentu, informasi yang menumpuk di memori otak akan saling berbenturan sehingga memicu apa yang kita sebut dengan lupa. Edwin mengambil saran untuk mengambil napas dalam-dalam dengan suasana tenang selama 20 menit untuk me-refresh otak agar bisa berpikir lebih jernih dan menajamkan daya ingat. Dengan sujud, kita bisa melakukan terapi serupa. Secara tak sadar kita telah melakukan tindakan preventif atas penyakit demensia dan stroke (hal. 200). Sambil salat, sebenarnya kita bisa melakukan terapi kesembuhan.*

(Nur Hadi, Kedaulatan Rakyat, Minggu 26 Juli 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar