Membaca Karakter Orang dari Bentuk Wajah
Judul Buku : Rahasia
di Balik Bentuk Wajah
Penulis :
Dwi Sunar Prasetyono
Penerbit :
Penerbit Saufa
Cetakan :
Pertama, 2015
Tebal :
115 halaman
ISBN : 978-602-255-908-5
Wajah merupakan anggota tubuh yang pertama kali dipandang
seseorang. Khusus mengenai pembacaan wajah, para tabib Tiongkok mempergunakannya
sebagai sarana mendiagnosis suatu penyakit, serta mengenal lebih dekat mengenai
kepribadian para pasien. Mereka sangat meyakini bahwa wajah merepresentasikan
energi, kekayaan, karakteristik, dan sifat seseorang. Seiring dengan tumbuhnya
ilmu akupuntur, pengobatan tumbuh-tumbuhan Tiongkok, Feng Shui, dan Qi Gong
mulai mendapat pengakuan dari Barat.
Seni membaca wajah diperkenalkan pertama kali oleh filsuf
Gui-Gu Tze (481-221 SM) dengan bukunya, Xiang
Bian Wei Mang, yang sampai sekarang masih digunakan dan dipelajari oleh
para pelajar fisiognomi. Dalam praktiknya, seni pembacaan wajah ini cukup rumit
karena mengklasifikasikan bentuk-bentuk wajah secara individual dengan menilai
warna, ukuran, serta kecacatan-kecacatan atau tanda-tanda tertentu pada area
wajah. Wajah dibagi menjadi 108 area, yang setiap areanya merefleksikan situasi
umur dan kehidupan tertentu. Dengan mengamati lima elemen siklus destruktif
atau produktif, serta dipadukan konsep yin
dan yang, seseorang dapat memprediksi
kejadian-kejadian tertentu, mendiagnosis penyakit, atau memahami kepribadian
seseorang (hal. 12).
Dalam konsep pembacaan wajah ala Tiongkok, representasi
wajah terbagi atas tiga tahapan; Surga, Manusia, dan Bumi. Tahap surga, dimulai
dari garis rambut ke bawah sampai dengan alis mata, yang merepresentasikan masa
kecil kita. Tahap manusia, dimulai dari alis mata sampai dengan area tepat di
bawah lekuk ujung hidung, yang merepresentasikan umur-umur pertengahan kita.
Tahap bumi, dimulai dari ujung hidung sampai ke bawah dagu, yang
merepresentasikan masa tua kita. Panjang ketiga area tersebut jika tidak
proporsional, menurut konsep yin dan yang, menandakan kehidupan yang sulit
pada periode kehidupan tertentu.
Dalam kepercayaan Tiongkok, perwatakan seseorang amat
dipengaruhi lima unsur. Wajah yang memiliki unsur api terlihat mengerucut
seperti segitiga dengan tulang pipi tinggi dan menonjol. Lantaran sifat api
yang panas, pemilik wajah ini sering mempunyai sifat pemarah. Wajah dengan
unsur kayu terlihat panjang dan berbentuk kotak, merepresentasikan karakter keras
kepala dan berpikiran sempit. Sementara wajah dengan unsur air berbentuk bulat,
halus, dan terkadang memiliki garis dagu panjang, merepresentasikan karakter
fleksibel. Wajah dengan unsur tanah terlihat tebal dan umumnya memiliki sifat
murah hati. Sedangkan wajah dengan unsur besi umumnya rahang dan dahi berbentuk
persegi, menggambarkan watak egois, arogan, dan suka mengumbar nafsu. Orang
Tiongkok menganggap bahwa peruntungan seseorang dipengaruhi oleh keseimbangan
yang terdapat dalam diri atau dari luar diri. Untuk menjaga keseimbangan ini,
mereka pun tidak sembarangan dalam memilih pasangan (hal. 16).
Selain bentuk-bentuk wajah, buku ini juga memperkenalkan
cara membaca karakter dari berbagai instrumen wajah seperti bentuk alis, bentuk
mata, atau hidung. Misalnya saja orang yang memiliki alis mata lurus, pada
dasarnya mempunyai karakteristik sederhana dan jujur, suka bicara apa adanya,
berkepribadian baik, sedikit introvert, serta artistik. Orang yang memiliki
bentuk mata bulat mengindikasikan seseorang yang agresif serta mempunyai
dorongan seksual dan spiritual yang kuat. Sifatnya yang blak-blakan sering kali
membahayakan diri maupun orang lain. Sementara bentuk hidung mancung seperti
dipotong lurus di ujungnya, umumnya memiliki sifat selalu curiga, suka gosip,
serakah, tidak memiliki perencanaan untuk kehidupannya, punya pola hidup
konsumtif, suka kemewahan, serta tak bisa mengontrol diri. Dengan disertai
gambar-gambar yang jelas, buku ini memudahkan kita untuk mempelajari
fisiognomi.
Wajah cantik atau tampan bukan jaminan pemiliknya
memiliki sifat positif. Begitu pun sebaliknya. Kecantikan dan ketampanan
seseorang harus dinilai dengan mempertimbangkan semua bagian tubuh secara
bersamaan, sedangkan sifat baik dan buruk dinilai dari seluruh ucapan dan
tindak tanduknya.*
(Nur Hadi, Malang Post, Minggu 22 November 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar