Rabu, 16 Desember 2015

Membaca Karakter Orang dari Bentuk Wajah



Membaca Karakter Orang dari Bentuk Wajah




Judul Buku  :  Rahasia di Balik Bentuk Wajah
Penulis        :  Dwi Sunar Prasetyono
Penerbit      :  Penerbit Saufa
Cetakan      :  Pertama, 2015
Tebal          :  115 halaman
ISBN          :  978-602-255-908-5


Wajah merupakan anggota tubuh yang pertama kali dipandang seseorang. Khusus mengenai pembacaan wajah, para tabib Tiongkok mempergunakannya sebagai sarana mendiagnosis suatu penyakit, serta mengenal lebih dekat mengenai kepribadian para pasien. Mereka sangat meyakini bahwa wajah merepresentasikan energi, kekayaan, karakteristik, dan sifat seseorang. Seiring dengan tumbuhnya ilmu akupuntur, pengobatan tumbuh-tumbuhan Tiongkok, Feng Shui, dan Qi Gong mulai mendapat pengakuan dari Barat.
Seni membaca wajah diperkenalkan pertama kali oleh filsuf Gui-Gu Tze (481-221 SM) dengan bukunya, Xiang Bian Wei Mang, yang sampai sekarang masih digunakan dan dipelajari oleh para pelajar fisiognomi. Dalam praktiknya, seni pembacaan wajah ini cukup rumit karena mengklasifikasikan bentuk-bentuk wajah secara individual dengan menilai warna, ukuran, serta kecacatan-kecacatan atau tanda-tanda tertentu pada area wajah. Wajah dibagi menjadi 108 area, yang setiap areanya merefleksikan situasi umur dan kehidupan tertentu. Dengan mengamati lima elemen siklus destruktif atau produktif, serta dipadukan konsep yin dan yang, seseorang dapat memprediksi kejadian-kejadian tertentu, mendiagnosis penyakit, atau memahami kepribadian seseorang (hal. 12).
Dalam konsep pembacaan wajah ala Tiongkok, representasi wajah terbagi atas tiga tahapan; Surga, Manusia, dan Bumi. Tahap surga, dimulai dari garis rambut ke bawah sampai dengan alis mata, yang merepresentasikan masa kecil kita. Tahap manusia, dimulai dari alis mata sampai dengan area tepat di bawah lekuk ujung hidung, yang merepresentasikan umur-umur pertengahan kita. Tahap bumi, dimulai dari ujung hidung sampai ke bawah dagu, yang merepresentasikan masa tua kita. Panjang ketiga area tersebut jika tidak proporsional, menurut konsep yin dan yang, menandakan kehidupan yang sulit pada periode kehidupan tertentu.
Dalam kepercayaan Tiongkok, perwatakan seseorang amat dipengaruhi lima unsur. Wajah yang memiliki unsur api terlihat mengerucut seperti segitiga dengan tulang pipi tinggi dan menonjol. Lantaran sifat api yang panas, pemilik wajah ini sering mempunyai sifat pemarah. Wajah dengan unsur kayu terlihat panjang dan berbentuk kotak, merepresentasikan karakter keras kepala dan berpikiran sempit. Sementara wajah dengan unsur air berbentuk bulat, halus, dan terkadang memiliki garis dagu panjang, merepresentasikan karakter fleksibel. Wajah dengan unsur tanah terlihat tebal dan umumnya memiliki sifat murah hati. Sedangkan wajah dengan unsur besi umumnya rahang dan dahi berbentuk persegi, menggambarkan watak egois, arogan, dan suka mengumbar nafsu. Orang Tiongkok menganggap bahwa peruntungan seseorang dipengaruhi oleh keseimbangan yang terdapat dalam diri atau dari luar diri. Untuk menjaga keseimbangan ini, mereka pun tidak sembarangan dalam memilih pasangan (hal. 16).
Selain bentuk-bentuk wajah, buku ini juga memperkenalkan cara membaca karakter dari berbagai instrumen wajah seperti bentuk alis, bentuk mata, atau hidung. Misalnya saja orang yang memiliki alis mata lurus, pada dasarnya mempunyai karakteristik sederhana dan jujur, suka bicara apa adanya, berkepribadian baik, sedikit introvert, serta artistik. Orang yang memiliki bentuk mata bulat mengindikasikan seseorang yang agresif serta mempunyai dorongan seksual dan spiritual yang kuat. Sifatnya yang blak-blakan sering kali membahayakan diri maupun orang lain. Sementara bentuk hidung mancung seperti dipotong lurus di ujungnya, umumnya memiliki sifat selalu curiga, suka gosip, serakah, tidak memiliki perencanaan untuk kehidupannya, punya pola hidup konsumtif, suka kemewahan, serta tak bisa mengontrol diri. Dengan disertai gambar-gambar yang jelas, buku ini memudahkan kita untuk mempelajari fisiognomi.
Wajah cantik atau tampan bukan jaminan pemiliknya memiliki sifat positif. Begitu pun sebaliknya. Kecantikan dan ketampanan seseorang harus dinilai dengan mempertimbangkan semua bagian tubuh secara bersamaan, sedangkan sifat baik dan buruk dinilai dari seluruh ucapan dan tindak tanduknya.*


(Nur Hadi, Malang Post, Minggu 22 November 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar