Dari Koin Hingga Nisan Warisan Majapahit
Judul Buku : Fakta
Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam
Penulis :
Herman Sinung Janutama
Penerbit :
Penerbit Noura Books
Cetakan :
Pertama, April 2014
Tebal :
XX + 184 halaman
ISBN :
978-602-1606-48-3
Louis-Charles Damais adalah
seorang profesor sejarah antropologi asal Perancis yang mempertanyakan beberapa
tesis tentang Nuswantara, antara lain perihal terjadinya penaklukan para
petualang ‘Hindu’ ke Nuswantara. Mereka lari dari negeri asal ke Nuswantara
karena satu dan lain hal, di mana tesis ini tak pernah memiliki argumen
proporsional. Faktanya, di Nuswantara tak terdapat peninggalan ‘bahasa’ kaum
Hindu. Justru yang menonjol adalah kosakata Sanskerta yang memperkaya
bahasa-bahasa Melayu Kuno, Jawa Kuno, dan Bali Kuno. Bahasa Sanskerta ini
asalnya bukan dari para pendatang Hindu, melainkan berasal dari kitab-kitab
kuno yang dibaca orang Nuswantara zaman dulu (halaman 8). Istilah Hindu yang
digunakan sejarawan Belanda merujuk pada istilah hindoesh, Indische, Indie,
atau Indo, serta prasasti-prasasti yang mengesankan bahwa kebudayaan Nuswantara
berutang budi pada masyarakat Hindu, juga keanehan-keanehan pada sejumlah tesis
yang melahirkan asumsi Hinduisme ini ditentang keras oleh Damais dengan banyak
argumen kuat.
Segaris dengan Damais
yang menyatakan bahwa dominasi politik orang-orang India (yang konon beragama
Hindu atau Buddha) adalah suatu ketidakmungkinan, dengan amat runtut, dalam
buku ini Herman bertutur tentang beberapa bukti prasasti dan dokumen kuno yang
‘menentang’ perihal kesalahan sejarah yang menyatakan bahwa garis besar sejarah
Nuswantara bercorak Hindu-Buddha. Misalnya dalam Jangka Jayabaya yang
menyebutkan fakta bahwa orang-orang pertama yang datang ke Nuswantara adalah
para utusan Nabi Ibrahim a.s. Jangka Jayabaya yang selama ini dikenal sebagai
ramalan, sebenarnya adalah semacam Garis Besar Haluan Negara yang rentang
waktuya sangat panjang (sekitar 2100 tahun) dan memiliki periodisasi, yakni
sejak orang Nuswantara masih memegang millatu Ibrahim hingga kemudian
memeluk agama Muhammad. Menurut bahasa, Jangka Jayabaya sendiri memiliki arti
sebagai ekstrapolasi profetik yang dapat menghindarkan (penganutnya) dari
bencana (halaman 14).
Berdasarkan Jangka
tersebut Herman kemudian memaparkan perihal corak Islam Nuswantara yang berbeda
dengan daerah asalnya. Perjalanan Islam di Arab yang dalam perjalanannya justru
melenceng dari keasliannya, memiliki karakter dengan dengan capaian-capaian
yang semata bersifat politik dan harta benda semata. Beda dengan karakter Islam
Nuswantara yang indah dan santun, mengutamakan kezuhudan seperti para pendeta,
tetapi gagah berani seperti kesatria.
Dalam penelitiannya
kemudian, pekerja budaya dan pemerhati filsafat ini juga menemukan fakta lain
perihal keIslaman Majapahit yang selama ini dikenal sebagai kerajaan
Hindu-Buddha terbesar di Nuswantara abad XIII-XV Masehi. Bukti nyatanya
ditemukan dalam koin emas alat transaksi perdagangan di Majapahit yang bertuliskan
‘La Ilaaha Illa Allah Muhammad Rasulullah’. Begitu juga lambang kerajaan
Majapahit yang memuat delapan unsur penting Islam yang terpahat dalam Bahasa
Arab, yaitu Shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid,
dan dzat (lambang ini dapat juga dilihat pada sampul sebuah buku karya
sejarawan Perancis, Denys Lombard, terutama jika diperhatikan secara terbalik).
Beberapa situs makam para petinggi kerajaan Majapahit yang pada nisannya
tercantum inskripsi berhuruf Arab yang merupakan simbolisasi pesan tertentu
juga menguatkan pendapat Herman. Di samping bahwa Majapahit sebenarnya juga telah menjalin
hubungan dengan beberapa kerajaan Islam/kesultanan di Swarnabhumi. Bagaimana
pertalian keIslaman Nuswantara dengan pusat Islam di Arab dan China kemudian
juga dipaparkan secara lengkap dan runtut dalam sebuah bagan.
Yang kemudian penting
juga dicatat dari buku ini adalah keberaniannya membongkar sejumlah nama-nama
penting dalam sejarah yang sebelumnya diidentikkan sebagai pemeluk Hindu. Pembongkaran
dari sudut pandang yang berbeda dan disertai dengan bukti-bukti autentik,
menjadikan buku ini bagian dari sejarah arus bawah yang patut diperhitungkan. Tentu
saja, sejarah bisa berubah dari pendapat pertama ke pendapat berikutnya bila
ditemukan data baru yang tepercaya.*
(Jawa Pos, 25 Mei 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar