Dunia Literasi dalam Perpustakaan Ajaib
Judul Buku : The
Magic Library
Penulis :
Jostein Gaarder & Klaus Hagerup
Penerbit :
Penerbit Mizan
Cetakan :
Pertama, Januari 2016
Tebal :
282 halaman
ISBN :
978-979-433-924-4
Dimulai ketika dua saudara sepupu, Berit dan Nils,
memutuskan saling berkirim kabar dengan sebuah media buku-surat antara Oslo dan
Fjaerland. Ketika Nils membeli buku dalam perjalanan pulangnya dari Fjaerland,
ia berjumpa dengan seorang perempuan aneh yang kemudian mereka kenal sebagai
Bibbi Bokken (yang dalam Bahasa Yunani bibliografer
berarti buku).
Siapa Bibbi Boken ini mereka asumsikan berdasar teori
sastra, teori fiksi, teori menulis fiksi, puisi, sejarah buku, drama, film perpustakaan,
serta imajinasi mereka sendiri. Misteri ini masih ditambah dengan misteri
Perpustakaan Ajaib. Dari pertanda yang mereka kumpulkan, terdeteksi mengenai
siapa sesungguhnya Bibbi Bokken; bahwa Bibbi selalu mendapat kiriman buku-buku
baru namun tak terlihat satu buku pun di rumahnya (hal. 99), bahwa Bibbi,
Bresani, Smiley, dan keluarga Bruun adalah anggota suatu sekte yang mencoba
mengambil alih kontrol dunia (hal. 128). Namun keterangan demi keterangan yang
akhirnya mereka dapat dari beberapa orang, mematahkan prasangka dan memunculkan
tersangka baru.
Penulis mampu menjebak pembaca pada prasangka-prasangka
keliru mengenai sosok Bibbi Boken. Misteri tokoh ini sendiri baru terbuka
ketika akhirnya dua sepupu itu bertemu dan bercakap penuh gairah mengenai dunia
literasi dalam sebuah perpustakaan bawah tanah kediaman Bibbi Boken.
“Sebuah buku adalah
dunia ajaib penuh simbol yang menghidupkan kembali si mati dan memberikan
hadiah kehidupan yang kekal kepada yang masih hidup”, itulah yang kemudian dapatkan
Nils dalam perjumpaan yang amat berkesan, Nils (hal. 229).
Kita diajak menyelami betapa penting dan menariknya dunia
literasi itu. Misteri incunabula—yang
ditengarai merupakan embrio dari buku-buku yang akan diterbitkan (hal. 233)
akhirnya terungkap ketika Bibbi Boken mengungkapkan perihal permintaan sebuah
komite yang menangani tahun buku Norwegia. Mereka ingin menerbitkan buku yang
akan dibagikan gratis kepada semua murid kelas enam di Norwegia. Dan ‘buku
surat’ yang berisi korespondensi Nils-Berit akan masuk di dalamnya (hal. 244).
Melalui novel yang mengangkat literasi sebagai tema
utama ini kita diajak untuk menyadari pentingnya bahan bacaan bermutu bagi kaum
anak. Marcus ‘Smiley’ Buur Hansen yang meski sama-sama bekerja di jalur
perbukuan merupakan tokoh antagonis yang patut diwaspadai. Dalam pesatnya
perkembangan dunia digital seperti sekarang ini, sosok ‘Smiley’ bisa menitis ke
siapa atau apa saja, yang siap menjauhkan anak-anak kita dari budaya literasi.*Nur Hadi, SOLOPOS, Minggu 11 Desember 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar