Rabu, 08 Oktober 2014

Kegunaan Bahasa Nonverbal dalam Rumah Tangga



Pentingnya Pemahaman Bahasa Nonverbal dalam Rumah Tangga



Judul Buku  :  Pintar Membaca Bahasa Wajah & Tubuh Istri
Penulis        :  Yanuar A.
Penerbit       :  Penerbit DIVA Press
Cetakan       :  Pertama, September  2014
Tebal           :  240 halaman
Harga          :  38.000
ISBN           :  978-602-255-669-5


Pada dasarnya, wanita mempunyai sifat pemalu dan enggan dalam mengungkap isi hati secara terbuka, bahkan meski telah menjadi seorang istri. Masalah kecil seperti ini dapat membesar tatkala tak mendapat tanggapan serius dari sang suami. Bahasa verbal menjadi sesuatu yang mereka hindari lantaran tak mau dianggap terlalu menuntut. Biasanya, kaum istri/perempuan kerap memberi sinyal melalui bahasa isyarat ketika  tengah menginginkan atau merasakan sesuatu. Karena itulah para suami/lelaki diharapkan mampu sedapat mungkin memahami setiap ekkspresi yang ditunjukkan pasangannya. Buku ini hadir untuk memfasilitasi kaum pria dalam hal tersebut. Yakni memberi panduan atau setidakya menjadi referensi dalam hal komunikasi antar suami istri.
Patut disadari bahwa bangunan rumah tangga yang kokoh dan harmonis bermula dari adanya pemahaman dan komunikasi yang baik antara suami istri. Masing-masing pihak dituntut untuk mampu memahami segala hal mengenai pasangannya; baik situasi hati, keinginan, maupun tabiat. Sebagai contoh, ketika istri sedang dirundung kesedihan, suami diharapkan mampu menangkap tanda-tanda kesedihan yang diperlihatkan, dan setelah itu ia wajib hadir untuk mendampingi dan menghibur. Sebaliknya, tatkala istri tengah merasakan kebahagiaan, melalui tanda-tanda yang diperlihatkan, sang suami diharapkan dapat memaksimalkan momen berharga tersebut demi memaksimalkan dan menyuburkan benih-benih cinta di antara keduanya. Menurut Yanuar, ada beberapa manfaat yang bisa diambil dari pentingnya memahami bahasa isyarat/nonverbal lantaran cara komunikasi tersebut memang lebih banyak digunakan. Pertama, menghindari kebohongan. Mulut bisa berbohong, tapi tubuh tak bisa. Kedua, menyelamatkan hubungan. Terkadang, hubungan pernikahan yang sudah lama terjalin sekian lama bisa kandas lantaran kesalahpahaman. Ketiga, mendatangkan kebahagiaan. Dan keempat, menjadikan komunikasi semakin efektif karena kadangkala ada juga saat di mana pasangan enggan menggunakan bahasa komunikasi secara verbal (hal. 22).
Pertanyaan mendasar yang perlu dijawab ialah bagaimana suami dapat mengerti makna bahasa isyarat yang diberikan istri? Mark L. Knapp, Judith A. Hall, dan Terrence G. Horgan dalam bukunya yang berjudul Nonverbal Communication in Human Interaction (Boston: Wadsworth, 2007), bahwa organ tubuh yang sering digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara nonverbal adalah mata, wajah, tangan, postur tubuh, dan kaki. Pada bagian kedua buku ini, Anda akan diajak untuk memahami beberapa isyarat berdasar ekspresi wajah. Misalnya saja ketika Anda mendapati wajah istri tampak gusar, terkadang menggigit-gigit bibir, sesekali matanya terpejam serta berkedip lebih cepat dari biasanya, sementara pupil mata tampak membesar. Hal tersebut dapat memberi petunjuk bahwa istri Anda sangat ingin berhubungan intim. Sebagaimana yang diungkapkan oleh tim peneliti dari Ohio State University, bahwa perempuan cenderung menunggu respons dari pihak lelaki untuk memulai segalanya, di sinilah dituntut peran aktif sang lelaki setelah melihat isyarat yang ditunjukkan sang istri (hal 76). Atau misalnya ketika Anda mendapati istri yang menunjukkan beberapa gejala berikut: Dahi berkerut dengan lipatan-lipatan kulit yang terlihat nyata, tatapan mata yang sering terlihat kosong, menatap objek tak jelas, mata merah berair seperti hendak menangis, bibir bergetar, serta senyum yang tertahan. Kemungkinan besar pasangan Anda tengah dilanda stres yang tak terucapkan. Begitu menangkap tanda-tanda tersebut, tentu kita bisa langsung menelusuri penyebab dan lalu mencari solusinya (hal. 92).
Pada bagian terakhir buku ini, Anda kemudian diberi beberapa tips panduan  untuk membahagiakan pasangan. Meski judul buku ini mengambil angle istri sebagai objek, tapi bisa juga dipergunakan sebaliknya. Yakni menjadi panduan bagi para istri untuk memahami gelagat suami.*

(Nur Hadi, Koran Jakarta, Senin 6 Oktober 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar