Rabu, 18 Februari 2015

Episode Terpenting Rasulullah Saw.



Episode Terpenting Rasulullah Saw.



Penulis: Nur Hadi

Judul Buku  :  10 Episode Teragung Rasulullah Saw.
Penulis        :  Khalid Muhammad Khalid
Penerbit       :  Penerbit Mizania
Cetakan       :  Pertama,  Oktober 2014
Tebal           :  176 halaman
ISBN           :  978-602-9255-98-0


Mengapa judul buku ini sengaja memilah 10 episode, yang seolah hal itu menempatkan episode ini lebih penting dan bernilai daripada episode lainnya dalam kehidupan Rasulullah Saw? Sebenarnya Penulis telah menyadari, bahwa seluruh kisah hidup Rasulullah bahkan tiap detiknya sama bernilainya, baik saat beliau mengarungi berbagai kesulitan maupun saat penuh limpahan rahmat. Penulis sengaja memilih 10 episode ini lantaran ia melihatnya sebagai gerbang utama yang akan mengantarkan pembaca pada berbagai rahasia yang agung, yakni berbagai keutamaan dan keluhuran pribadi Rasulullah Saw. Yang  dimaksud dengan episode di sini bukan kesatuan waktu yang terdiri atas 24 jam, meski hal itu cocok dengan mayoritas episode yang disebutkan dalam buku ini. Yang dimaksud episode di sini adalah penggalan episode sejarah yang sangat menarik untuk dicermati dan ditelaah sehingga didapatkan pemahaman akan hal-hal terindah yang pernah diketahui manusia, baik dalam aspek keagungan peradaban, tujuan, dan kelurusan jalan (hal. 9).
Dalam ‘Episode Turunnya Wahyu’ (hal. 24) kita akan mendapatkan gambaran kepribadian Muhammad sebelum ia diangkat menjadi rasul. Bagaimana ia justru merasa prihatin dengan keadaan orang-orang di sekitarnya, ia justru merasa sedih atas kondisi kota Makkah yang disesaki dengan perilaku-perilaku tak terpuji. Hingga akhirnya beliau memutuskan menyepi dan beribadah di dalam Gua Hira. Rumahnya terlalu sempit untuk mampu menahan kepakan ruhnya. Di tempat terpencil itulah setiap hari ruhnya kian bertambah murni, terang, dan cemerlang. Hingga mencapai puncaknya ketika beliau kedatangan tamu istimewa yang tiba-tiba saja menyuruhnya membaca, padahal beliau sungguh tak bisa membaca. Dari episode ini seharusnya kita menjadi tahu tentang kebenaran risalah Al-Quran bahwa itu bukan karangan beliau, melainkan benar-benar wahyu yang sengaja diturunkan melalui seorang rasul yang buta huruf.
Lalu bacalah ‘Episode Hamzah’. Pada babak ini kita bisa berkaca pada kesabaran Rasulullah Saw. ketika menghadapi kematian pamannya tersebut, yang berakhir sangat tragis di tangan Wahsyi—seorang budak asal Habsyi yang ditugasi Hindun untuk membalaskan dendam atas kematian suami dan anak lelakinya. Sebagai manusia, tentu saja ada amarah saat melihat mayat yang telah diambil jantung dan segala isi perutnya, apalagi mayat itu adalah pamannya sendiri, yang selama ini telah membelanya mati-matian dalam menjalankan dakwah. Allah Swt. pun sampai menegur beliau dengan ayat yang langsung turun seketika, yakni QS. An-Nahl; 125-128, agar beliau lebih mengutamakan kesabaran dalam berdakwah (hal. 92).

Episode lain yang tak kalah menarik adalah ‘Takhyir’. Pada bagian ini Penulis membeberkan sebuah pandangan/bantahan yang logis atas tuduhan orang-orang yang menganggap bahwa Rasulullah adalah seorang yang gila perempuan lantaran telah menikahi sembilan perempuan. Beberapa fakta yang ada menunjukkan bahwa faktor pendorong terjadinya poligami dalam kehidupan beliau tak lain adalah karena kemuliaan, kebapakan, dan tanggung jawab yang mendalam. Bisa dikatakan, bahwa pernikahan yang terjadi dalam kehidupan Rasul dengan tujuan murni sebagai pernikahan hanya terjadi dua kali; pertama, ketika beliau menikahi Khadijah, dan yang kedua, ketika beliau menikahi A’isyah setelah kematian istri pertama. Dalam episode ini Penulis menceritakan secara runtut kronologi pertemuan Rasulullah dengan istri-istri beliau, tentu saja beserta hal-ihwal yang melatarbelakangi peristiwa itu (hal. 152).
Episode terakhir yang harus ditelaah adalah ‘Episode Perpisahan’. Yang patut dicatat dari bab ini adalah perenungan Penulis akan waktu kedatangan wahyu terakhir di mana seolah Rasulullah Saw. tak diberi kesempatan sedikitpun, meski beberapa tahun saja, untuk menikmati kemenangan yang diraihnya atau kemewahan hidup di dalamnya. Akhir yang cepat ini justru menjadi bentuk pemuliaan serta penghormatan terbesar bagi beliau (hal.164).*

(Nur Hadi, Harian Singgalang, Minggu 15 Februari 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar