Senin, 27 November 2017

Menginsyafi Perkara Jodoh



Menginsyafi Perkara Jodoh



Judul Buku  :  Menemukan Soulmate Pilihan Allah
Penulis        :  Faizal Ainul Adha
Penerbit       :  Penerbit Noura Books
Cetakan       :  Pertama,  Februari 2017
Tebal           :  168 halaman
ISBN           :  978-602-385-241-3


Jodoh adalah salah satu perkara yang sama misterinya dengan kematian, dalam hal ketetapannya yang sudah ditentukan olehNya. Namun buku ini akan menceritakan banyak fakta lain kepada Anda, bahwa perkara ketetapan itu, kadang tak luput dari seberapa keras dan kesiapan kita dalam mengupayakan kepantasan diri.
Berisi beberapa kisah inspiratif yang bercerita tentang leliku jodoh, Anda akan diajak menyimpulkan sendiri mengenai definisi jodoh itu sendiri. Diangkat dari kisah nyata, kisah perjuangan mencari jodoh sejati dalam buku ini, nyata tanpa rekayasa dengan membuang nama asli para pelakunya. Prinsip berbagi pengalaman ini tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan semangat optimisme bagi mereka yang masih dalam tahap mencari atau menunggu jodoh.
Tengok saja kisah dalam “Pemberi Harapan Pasti” (hal. 7). Anda akan disuguhi sebuah kisah sepasang kekasih yang telah merajut kisah mereka sekian lama, namun akhirnya jodoh mengantarkannya pada kisah lain. Selama sekian waktu, pasangan ini terombang-ambing oleh perasaan mereka sendiri, lantaran sudah merasa saling memiliki. Namun takdir akhirnya bicara; boleh jadi kamu membenci sebuah kejadian padahal hal itu amat baik bagimu, begitu pula sebaliknya. Usaha, kadangkala kalah dengan takdir.
Jodoh, benar-benar masih menjadi sebuah misteri yang kadang tak kunjung bisa dimengerti dan hanya bisa diterima adanya. Dalam “Antara Aku dan Dia”, kita akan melihat hal itu. Seseorang yang awal mula kehadirannya hanya biasa-biasa saja lantaran persinggungan peran yang tak begitu penting dan mengesankan, namun pada akhirnya justru bertemu dengan kita dalam sebuah peristiwa penting yang hanya akan dijalani sekali seumur hidup. Kisah pendek nan sederhana itu seperti hendak bilang kepada kita; jangan abaikan kehadiran siapapun yang pernah dekat dengan kita, lantaran siapa tahu salah satu di antara mereka akan dipertemukan dengan kita dalam sebuah skenario besar (hal. 33).
Tersaji dalam bentuk cerita, nasihat yang ingin disampaikan kepada pembaca pun jadi terkesan lebih kompleks, lantaran pembaca harus menyimpulkan sendiri. Dengan begitu, pembaca pun tak bisa memandang perkara hanya berdasarkan kacamata hitam putih belaka. Dan semua cerita itu memperlihatkan benang cerita yang sama—bahwa Allah lah sang penentu segala.
Tentu saja hal itu tak bermakna kepasrahan dalam menunggu datangnya takdir. Dalam beberapa cerita, bahkan tersirat nasihat bagi para lajang untuk menjemput jodoh mereka. Dalam “Rahasia Cinta” misalnya (hal. 150). Pembaca bahkan mungkin bisa berpikiran bahwa tokoh ini kelewat “licik” (jika tak mau bilang kreatif) dalam perkara mencari jodoh. Diam-diam ia menyembunyikan sandal milik gadis yang ia incar hanya demi dapat menawarkan kebaikan yang berujung pinangan.
Perkara cinta, ternyata juga mendapatkan porsi yang cukup untuk dipikirkan lebih lanjut dalam buku ini.  Tentu saja, lantaran perkara jodoh pasti akan selalu berhubungan dengan perasaan cinta. Dapatkah dua pribadi menyatukan ego dalam sebuah lembaga bernama keluarga tanpa adanya cinta?
Cinta hanyalah salah satu bentuk perasaan yang ada di dunia ini. Bisa jadi ada perasaan lain yang jauh lebih penting daripada cinta, yakni perasaan lain yang lebih dibutuhkan sepasang manusia yang berusaha untuk saling menggenapi (hal. 157). Dengan begini, buku ini memandang cinta hanyalah sebagai salah satu faktor pendukung, dan bukan yang utama. Maka, ketika ada seseorang yang beranggapan bahwa sebuah pernikahan tak akan menemukan kebahagiaan tanpa adanya perasaan saling cinta, tentu itu adalah opini pribadi. Kenyataannya, perasaan cinta bahkan bisa diupayakan dan dipupuk setelah adanya pernikahan.
Kesadaran bahwa cinta bukanlah yang utama dalam urusan jodoh juga akan menimbulkan kesadaran untuk menepis kekecewaan saat kekasih yang telah bertahun-tahun menjalin hubungan tanpa status ternyata tak berjodoh dengan kita. Pacaran bahkan bisa menjadi sesuatu yang bisa dibilang hanya sebuah permainan hati belaka. Makanya, hati-hatilah menjaga hati. Begitu.*

Nur Hadi, Radar Surabaya 9 Juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar