Membangun Masyarakat Melalui Adab
Pergaulan
Judul Buku : Gaul
Cara Nabi
Penulis :
Muhammad bin Abdurrahman
Penerbit :
Penerbit Noura
Cetakan :
Pertama, Februari 2017
Tebal :
194 halaman
ISBN : 978-602-385-244-4
Nabi Muhammad SAW. adalah sosok yang tak habis digali
keteladanannya dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan disertai info grafis yang
enak dipandang mata, buku ini menunjukkan baiknya masyarakat harus dimulai dari
baiknya tiap individu. Dalam membangun masyarakat, misalnya, beliau tiada segan
menempatkan seorang individu sebagai sosok yang layak mendapatkan penghormatan
meskipun dia telah melakukan pelanggaran berat dan tertimpa sanksi sosial.
Beliau juga begitu memedulikan aspek psikologi seseorang, sehingga apa yang
disampaikan beliau pun bisa meresap dan membekas dalam benak.
Mengucap salam adalah ciri khas pergaulan yang beliau
tekankan. Selain ingin merekatkan satu sama lain, beliau seolah ingin
menyebarkan esensi ajaran yang terkandung dalam ucapan salam (yang ketika
mengucapkannya seolah-olah Anda juga berkata kalian aman. Dalam berkomunikasi, Nabi pun tak sekadar menggunakan
kata-kata lembut, elok, dan baik. Bahkan ketika dalam kondisi berdebat dan
berdiskusi dengan orang-orang yang sangat keras memerangi beliau, Nabi pun
tidak lantas menuduh mereka berbuat salah.
Dalam buku ini kita juga akan menemukan bahwa gurau juga
digunakan beliau untuk menyatukan hati dan menyingkirkan keberjarakan. Beliau
memberikan contoh bagaimana sebuah ajakan yang baik tidak seharusnya melulu
kaku dan kasar. Namun dalam bergurau beliau selalu menghindari kebohongan,
gunjingan, olok-olok, serta cemoohan yang berpotensi menyakiti hati orang lain
(hal. 44).
Ada lagi yang tak kalah penting adalah adab beliau dalam menyikapi
sanjungan dan kecaman. Beberapa tips yang disajikan dalam buku ini—yang dikutip
dari ucapan dan contoh langsung yang diberikan Nabi, menunjukkan bahwa
penghargaan kepada setiap individu itu baik dan sudah selayaknya, meski
individu tersebut membawa niat tak baik terhadap kita. Toh pujian tak selamanya
membawa kebaikan dan kecaman juga tak selamanya membawa keburukan buat kita.
Yang juga tak boleh diabaikan dalam pembahasan buku ini
adalah perihal dunia hiperrealitas di era sosial yang mencampurbaurkan antara
realitas dan pencitraan semu, seringkali menghilangkan kepekaan kita akan mana
yang aib dan bukan. Padahal begitu banyak sekali teladan Nabi dalam upaya
menutupi aib orang lain, betapapun orang tersebut jelas-jelas telah melakukan
dosa.*
Nur Hadi, Kedaulatan Rakyat, 13 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar