Senin, 27 November 2017

Membangun Masyarakat Melalui Adab Pergaulan



Membangun Masyarakat Melalui Adab Pergaulan




Judul Buku  :  Gaul Cara Nabi
Penulis        :  Muhammad bin Abdurrahman
Penerbit       :  Penerbit Noura
Cetakan       :  Pertama,  Februari 2017
Tebal           :  194 halaman
ISBN           :  978-602-385-244-4


Nabi Muhammad SAW. adalah sosok yang tak habis digali keteladanannya dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan disertai info grafis yang enak dipandang mata, buku ini menunjukkan baiknya masyarakat harus dimulai dari baiknya tiap individu. Dalam membangun masyarakat, misalnya, beliau tiada segan menempatkan seorang individu sebagai sosok yang layak mendapatkan penghormatan meskipun dia telah melakukan pelanggaran berat dan tertimpa sanksi sosial. Beliau juga begitu memedulikan aspek psikologi seseorang, sehingga apa yang disampaikan beliau pun bisa meresap dan membekas dalam benak.
Mengucap salam adalah ciri khas pergaulan yang beliau tekankan. Selain ingin merekatkan satu sama lain, beliau seolah ingin menyebarkan esensi ajaran yang terkandung dalam ucapan salam (yang ketika mengucapkannya seolah-olah Anda juga berkata kalian aman. Dalam berkomunikasi, Nabi pun tak sekadar menggunakan kata-kata lembut, elok, dan baik. Bahkan ketika dalam kondisi berdebat dan berdiskusi dengan orang-orang yang sangat keras memerangi beliau, Nabi pun tidak lantas menuduh mereka berbuat salah.
Dalam buku ini kita juga akan menemukan bahwa gurau juga digunakan beliau untuk menyatukan hati dan menyingkirkan keberjarakan. Beliau memberikan contoh bagaimana sebuah ajakan yang baik tidak seharusnya melulu kaku dan kasar. Namun dalam bergurau beliau selalu menghindari kebohongan, gunjingan, olok-olok, serta cemoohan yang berpotensi menyakiti hati orang lain (hal. 44).
Ada lagi yang tak kalah penting adalah adab beliau dalam menyikapi sanjungan dan kecaman. Beberapa tips yang disajikan dalam buku ini—yang dikutip dari ucapan dan contoh langsung yang diberikan Nabi, menunjukkan bahwa penghargaan kepada setiap individu itu baik dan sudah selayaknya, meski individu tersebut membawa niat tak baik terhadap kita. Toh pujian tak selamanya membawa kebaikan dan kecaman juga tak selamanya membawa keburukan buat kita.
Yang juga tak boleh diabaikan dalam pembahasan buku ini adalah perihal dunia hiperrealitas di era sosial yang mencampurbaurkan antara realitas dan pencitraan semu, seringkali menghilangkan kepekaan kita akan mana yang aib dan bukan. Padahal begitu banyak sekali teladan Nabi dalam upaya menutupi aib orang lain, betapapun orang tersebut jelas-jelas telah melakukan dosa.*

Nur Hadi, Kedaulatan Rakyat, 13 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar