Kamis, 01 Januari 2015

Dunia Misteri dalam Perspektif Al-Quran



Dunia Misteri dalam Perspektif Al-Quran




Judul Buku  :  50 Misteri Dunia Menurut Al-Quran
Penulis        :  Adrie Mesapati, Luki Adriansyah, Gemma A.
Penerbit       :  Penerbit Mizania
Cetakan       :  Pertama,  Juni 2014
Tebal           :  379 halaman
ISBN           :  978-602-1337-10-3


Betapa banyak fenomena alam raya yang belum sempat terpecahkan melalui pembuktian ilmiah maupun pengendusan jejak lewat artefak yang ditinggalkan. Spekulasi pun bermunculan menyertai argumen yang disodorkan dari berbagai pihak sesuai latarbelakang keilmuan masing-masing. Buku ini mengabadikan hal itu, dan menyajikannya dengan perspektif berbeda lantaran penyusunnya juga memaparkan bagaimana Al-Quran memandangnya. Terbagi dalam tiga garis besar; pertama, fenomena misterius alam. Kedua, situs, artefak, dan fosil misterius. Ketiga, kejadian spektakuler dalam kitab suci dan bukti ilmiah kebenarannya.
Percayakah Anda akan keberadaan alien? Benarkah makhluk tersebut adalah seperti yang digambarkan dalam film-film itu? Sebagian pengamat UFO (Unidentified Flying Object) berpendapat bahwa alien berasal dari bumi (bermukim di Segitiga Bermuda), namun sebagian lain meyakini bahwa alien adalah makhluk imateriel (dimensi lain). Pendeskripsian atas sejumlah laporan penampakan alien di berbagai pelosok dunia pun berbeda-beda. Keriuhan silang pendapat itu masih ditambah dengan mereka yang justru menganggap omong kosong fenomena tersebut. Penyusun buku ini lantas mengembalikan sengkarut itu kepada Al-Quran. Dalam Surat Asy-Syura: 29, Allah berfirman bahwa Dia juga menciptakan dabbah (makhluk-makhluk yang melata) yang tersebar di langit dan bumi. Pendefinisian makna dabbah yang masih umum memberikan gambaran bahwa kita tak boleh langsung menganggap bahwa UFO itu hanya omong kosong belaka ataupun memang benar-benar ada sebelum ditemukannya bukti yang benar-benar nyata (hal 28).
Sebuah fenomena yang menarik untuk disimak lagi adalah hilangnya kapal-kapal laut dan pesawat terbang di sebuah zona segitiga yang melingkupi Lautan Atlantik yang dibatasi garis khayal yang menghubungkan Florida, Pulau Bermuda, dan Puerto Rico dengan total luas sekitar 1,2 juta km persegi. Ada beberapa teori diungkapkan untuk menjawab fenomena aneh tersebut. Pertama, gempa laut dan gelombang besar yang menyebabkan kapal-kapal langsung tenggelam. Kedua, gravitasi (medan gravitasi terbalik), di mana anomali magnetik menyebabkan kompas di atas kapal dan pesawat tak berfungsi baik sehingga mengakibatkan kecelakaan. Ketiga, pangkalan UFO. Keempat, istana setan. Kelima, adanya lorong waktu tak kasatmata. Keenam—yang argumentasinya paling masuk akal untuk saat ini, gas methana yang biasanya membeku di bawah lapisan bebatuan bawah tanah, bisa keluar dan berubah menjadi balon gas yang membesar secara geometris ketika bergerak ke atas. Ketika mencapai permukaan air, balon berisi gas itu akan terus membesar ke atas dan ke luar. Setiap kapal yang terperangkap dalam balon gas raksasa akan langsung goyah dan tenggelam ke dasar lautan. Bahkan pesawat terbang pun bisa dihantam jatuh olehnya (hal. 183).
Ada lagi fenomena spektakuler yang pernah disebut Nabi Saw. sebagai salah satu tanda datangnya hari kiamat, yakni terbitnya matahari dari barat. Medio 2000-an banyak media muslim yang menghubung-hubungkan fenomena itu dengan retrograde motion, yakni perubahan arah gerak planet yang dirilis NASA berdasarkan hasil pengamatannya atas pergerakan planet Mars yang mengalami penurunan kecepatan dalam pergerakannya. Dalam beberapa minggu, planet ini goyah bergerak antara timur dan barat. Pada 30 Juli, pergerakan planet berhenti menuju arah timur. Namun pada Agustus dan September, planet Mars berubah ke arah berlawanan menuju barat. Hingga pada akhir September, matahari mulai terbit dari barat planet Mars. Perubahan revolusi ini terjadi setiap dua tahun sekali (hal. 335). Al-Quran dan hadits bukanlah sekadar bacaan. Dengannya, kaum muslim tak hanya mendapatkan petunjuk ibadah maupun muamalah, tapi juga petunjuk atas beberapa fenomena yang kadang belum dapat dibuktikan secara empiris.*

Nur Hadi, Kabar Probolinggo, Senin 29 Desember 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar