Jumat, 23 Januari 2015

Berkaca pada Kepribadian Rasulullah Saw.



Berkaca pada Kepribadian Rasulullah Saw.




Judul Buku  :  Sang Rasul Terkasih Rasulullah Saw.
Penulis        :  Khalid Muhammad Khalid
Penerbit       :  Penerbit Mizania
Cetakan       :  Pertama,  Oktober 2014
Tebal           :  169 halaman
ISBN           :  978-602-9255-85-0


Buku ini menguraikan dengan rinci mengenai kepribadian Rasulullah Saw., baik pada masa kanak, muda, dewasa, maupun setelah beliau diangkat menjadi rasul. Menyelami peri kehidupan manusia agung ini, ditunjang dengan gaya penuturan Khalid yang membuat kita seakan hadir dan mengikuti setiap momen kehidupan Nabi, benar-benar akan memperkaya batin dan menambah keimanan akan keagungan budi luhur beliau. Kita tengok saja percakapan Abu Sufyan dengan Kaisar Heraklius, raja Najasyi. Abu Sufyan yang dikenal amat memusuhi Islam, entah mengapa tak bisa berdusta ketika membicarakan sosok Muhammad Saw. di hadapan pembesar kaum musyrik tersebut (hal. 27). Tentu tak mengherankan pula bila di masa sekarang banyak pula para pemikir, atau cendekiawan orientalis yang juga turut memuji-muji kepribadian beliau. Sebut saja Alphonse de Lamartine yang menyusun buku Voyage en Orient (1835), lalu Rom Landau yang merupakan professor studi Islam dan Afrika Utara di University of the Pasific, California, Amerika Serikat, yang menyusun buku Islam and Arabs (1959). Lantaran terbukanya pemikiran mereka, pengagum Rasulullah Saw. tersebut akhirnya mendapat wawasan serta pengetahuan yang tak terkira, utamanya mengenai sosok beliau. Meski tak sepaham dengan Rasulullah Saw., mereka mengakui dan turut mengapresiasi keagungan, kesucian, dan kesalehan beliau. Ada lagi pendapat Sir William Muir yang menuangkan pemikirannya dalam A Life of Mahomet and History os Islam to the Era of the Hegira; Annals of the Early Caliphate. Kendati tak jarang dia mengeluarkan kesimpulan yang keliru mengenai Rasulullah saw., tapi dia menulis, “Muhammad Saw. adalah negarawan yang tiada bandingannya. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilannya membangun sebuah negara dan masyarakat berdasarkan fondasi-fondasi luar biasa. Yang patut diacungi jempol, Rasulullah membangun negara tersebut di tengah banyak persoalan yang menghadang serta kerasnya watak manusia yang dijumpai.” (hal. 44). Pendapat ini menggenapi gambaran bahwa Muhammad adalah manusia multitalenta. Selain seorang filsuf, orator ulung, rasul, pejuang, penakluk ide, beliau juga seorang legislator serta negarawan sejati. Sifat kenegarawan beliau bahkan sudah terlihat sebelum panji-panji Islam berkibar di jazirah Arab. Tengok saja ketika terjadi perselisihan di antara para kabilah perihal siapa kiranya yang pantas memindahkan Hajar Aswad setelah proses renovasi Ka’bah. Sempat terjadi adu fisik di antara para kabilah, hingga kemudian Abu Umayyah ibn Al-Mughirah mengusulkan bahwa yang berhak meletakkan batu hitam itu adalah orang yang pertama masuk Masjidil Haram. Di tengah keheningan mencekam itulah Muhammad muncul dan akhirnya tercapai kesepakatan bahwa beliaulah orang yang berhak mengangkat hajar Aswad ke tempatnya semula. Namun, tindakan apa yang kemudian diambil beliau? Demi merekatkan kembali hubungan antar kabilah yang hampir retak tersebut, Rasulullah memiliki cara unik. Beliau mengajak mereka mengambil sehelai kain, lantas mengambil Hajar Aswad dan lalu meletakkannya di atas kain tersebut, seraya berkata, “Setiap pemuka kabilah silakan memegang setiap ujung kain ini.” Dan setelah Hajar Aswad itu telah mendekati tempatnya, Muhammad membawa batu itu dengan kedua tangannya, lantas meletakkan di tempatnya dan dibangunlah bangunan di atasnya (hal. 101).
Sejak kemunculan Islam 14 abad silam, agama ini telah mendapat beragam sambutan, baik yang hangat maupun menyakitkan. Namun Muhammad tetap menghadapi mereka dengan sabar dan penuh keyakinan bahwa dakwahnya berangsur-angsur akan berhasil. Tak ada penambahan maupun distorsi sedikit pun terhadap kitab-kitab samawi, betapapun banyaknya yang menentang. Penulis melihat kelebihan Islam salah satunya terletak pada kecenderungan (trend), orientasi, dan konsepnya yang universal (hal. 60). Tentu saja selain didukung dengan kepribadian Rasulullah Saw. sebagaimana yang digambarkannya dalam buku ini.*

(Nur Hadi, Harian Singgalang, Minggu 4 januari 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar