Mengintip Kerajaan Bisnis Warren Buffet
Judul Buku : Warren
Buffet
Penulis :
Irvan William
Penerbit :
Penerbit Saufa
Cetakan :
Pertama, Februari 2016
Tebal : 192
halaman
ISBN :
978-602-391-088-5
Buku ini mengajak kita
mengintip sosok yang pada tahun 2010 akhirnya mampu menandingi kekayaan Bill
Gates. Menurut pengamatan majalah Forbes, kekayaannya meningkat dari 10 miliar
dolar menjadi 62 miliar dolar—mendepak posisi Bill Gates yang hanya memiliki 58
miliar dolar. Dengan mengetahui perjalanan Buffet sejak nol, kita akan
mendapatkan banyak inspirasi; tentang kepribadiannya, kematangan mengambil beberapa strategi penting dalam
bisnis, dan terutama motivasi-motivasi berharganya.
Bakat Buffet sebenarnya
sudah terlihat sejak umur 10, ketika sang ayah mengajaknya melakukan perjalanan
bisnis ke New York City untuk dikenalkan dengan pasar Bursa di New York Stock
Exchange. Ada beberapa fakta menarik yang dicatat terkait orang terkaya nomor
satu di dunia ini. Ia tidak memiliki rumah mewah dan hanya tinggal di rumah
sederhana yang dibeli setelah menikah. Ada perkataannya terkait hal ini yang
bisa dijadikan nasihat bagus, membeli rumah yang banyak hanya akan menjadi
beban. Sebab yang bisa mendatangkan kebahagiaan adalah ketika menempatinya.
Bagi Buffet, aset yang paling berharga adalah kesehatan dan pertemanan abadi
(hal. 28).
Buffet juga ternyata tak
mau meninggalkan kota kelahirannya. Ia lebih senang menjalankan bisnis dari
dalam kamar, dan tak tergoda dengan gaya hidup flamboyan. Ada sebuah kebodohan
Buffet yang pernah dilakukannya, yakni membeli saham Berkshire Hathaway. Dalam
sebuah wawancara dengan CNBC, Buffet mengungkapkan bahwa Berkshire Hathaway
adalah saham paling bodoh yang pernah dibelinya. Bahkan, ia menyebut pembelian
perusahaan tekstil di tahun 1964 itu mengakibatkan sebuah blunder bernilai 200
miliar dolar. Mulanya, pembelian itu timbul dari keinginannya untuk membalas
dendam kepada CEO Berkshire yang coba mengelabuinya. Namun begitu, Buffet toh
tetap dapat mengendalikan bisnisnya sampai meraih predikat sebagai orang
terkaya di dunia (hal. 30).
Ada lagi hal mengherankan
yang mungkin belum diketahui, bahwa ternyata Buffet tak memanjakan anak-anaknya
dengan kelimpahan materi. Ujarnya, “Bukan hal rasional dan benar untuk
membanjiri mereka dengan uang. Jika Anda melakukan itu, mereka akan besar
kepala dan hanya mengandalkan warisan orangtua.” Seperti halnya ketika Buffet
tak mau memanjakan dirinya sendiri dengan sopir pribadi. Ia bahkan mendermakan
80% hartanya, dan pada Juni 2012—bersama Bill Gates, menggelar kampanye bernama
“The Giving Pledge” yang programnya
membujuk orang-orang kaya Amerika untuk mendonasikan sedikitnya separuh
kekayaan mereka untuk kegiatan amal.
Yang mungkin menarik
untuk ditiru para entrepreneur muda
adalah, keengganannya dalam mengikuti arus pasar. Jika pasar berembus ke timur,
ia malah ke barat. Tapi tentu saja hal ini dilakukannya melalui rasionalisasi
yang kuat, bukan sekadar main-main. Misalnya saja ketika orang ramai membeli
saham dotcom, Buffet justru membeli saham-saham yang sedang dijauhi pasar. Jika
masa depan perusahaan bagus, ia akan membeli sahamnya (hal. 38).
Hidangan inti dari buku
ini tentu saja adalah beberapa strategi bisnisnya. Memahami karakter saham yang
akan dibeli. Katanya, bursa itu seperti Tuhan, menolong orang-orang yang
menolong dirinya sendiri. Namun tidak seperti Tuhan, karena bursa tidak
mengampuni mereka yang tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Memilih
kesederhanaan dan mengenyampingkan kompleksitas. Buffet tak pernah terpengaruh
dengan beredarnya isu di kalangan investor saham. Ia juga dikenal cakap dalam
menciptakan nilai tambah. Ketika membeli perusahaan yang hampir bangkrut, ia
akan melakukan perbaikan sebaik mungkin dari berbagai aspek.
Strategi bisnis Buffet
berbeda dengan kebanyakan investor yang sering bermain dalam jangka pendek. Ia
lebih memilih saham yang walaupun dalam jangka pendek mengalami fluktuasi,
tetapi dalam jangka panjang memiliki potensi untuk berkembang lebih baik. Hal
itu lantaran ia niat membeli bisnis, bukan saham semata. Setiap pebisnis,
mungkin memiliki karakteristik tersendiri untuk kenyamanannya dalam berusaha.
Tapi, siapa tahu buku ini bisa memperlebar cara pandang dalam melebarkan sayap
investasi.*
(Nur Hadi, Harian Nasional,
19-20 Maret 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar