Rabu, 17 Februari 2016

Mengenal Perjuangan Konglomerat



Menimba Pengalaman dari 22 Konglomerat Indonesia



Judul Buku :  Resep Tajir 22 Konglomerat Indonesia
Penulis       :  Radis Bastian
Penerbit     :  Penerbit Laksana
Cetakan     :  Cetakan Pertama, Desember 2015
Tebal         :  188 halaman
ISBN         :  978-602-391-025-0


22 sosok yang dipilih buku ini sudah teruji kredibilitasnya di bidang usaha masing-masing. Nama mereka selalu tercatat dalam daftar orang terkaya versi majalah Forbes, maupun Globe Asia. Sebut saja Ciputra yang pada usia 12 ia harus kehilangan ayah yang meninggal dalam tahanan tentara pendudukan Jepang. Berbagai kepahitan hidup semasa kecil justru menggelorakan semangatnya untuk bersekolah. Ia bahkan baru lulus SD pada usia 16. Pendidikan yang ia peroleh merupakan akumulasi pendidikan formal dan non formal. Jejak karirnya dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa ITB. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, mereka mendirikan PT Daya Cipta, yang kini telah berkembang menjadi lima kelompok usaha pokok yang berinti pada sektor properti. Dalam setiap kesempatan, ia selalu menanamkan pentingnya kewirausahaan untuk kemajuan bangsa. Ia pun mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai wirausahawan peraih penghargaan terbanyak di berbagai bidang dan penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan kepada dosen setelah mendirikan Universitas Ciputra Entrepreneurship Centre (UCEC) yang telah memberikan pelatihan kepada 1.600 dosen (hal. 14).
Anda juga bisa berguru dari kepiawaian dan kejelian Putera Sampoerna dalam melihat peluang. 27 Agustus 1990 ia mendaftarkan PT HM Sampoerna sebagai perusahaan publik. Pada tahun itu pula rokok kretek rendah tar dan nikotin pertama di dunia yang diberi nama A Mild diproduksi. Namun demikian, meski Putera telah membesarkan perusahaan itu, ia tak segan menjual 40% saham keluarga kepada Philip Morris Internasional demi membuka peluang bisnis di bidang lain. Hasilnya, tahun 2006 Putera berhasil mengakuisisi Sungai Rangit—perusahaan pengelola kelapa sawit di Kalimantan Tengah, serta Selapan Jaya—perusahaan pengelola sawit di Sumatera Selatan yang kemudian diubah namanya menjadi Sampoerna Agro (SGRO). Dan tak hanya itu, Putera juga merambah ke bidang telekomunikasi dan mendirikan perusahaan Ceria, serta bidang perkayuan dengan mendirikan Samko Timber (hal. 91). Kepekaannya dalam melihat peluang, daya inovasi, serta keberaniannya dalam mengambil risiko patut dijadikan contoh.
Buku ini juga mengulik para konglomerat sekelas Bob Hasan, Eka Tjipta Widjaja, Budi dan Michael Hartono, Sudono Salim, dll.*

(Nur Hadi, Kedaulatan Rakyat, Sabtu 6 Februari 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar