Selasa, 18 November 2014

Tentang Pendidikan Untuk Hewan-Hewan



Tentang Bakat dan Pendidikan
                                                                                          



Alkisah, pada suatu hari, para binatang besar di hutan ingin mengadakan sekolah bagi para binatang kecil. Para binatang besar itu ingin mengajarkan mata pelajaran yang dianggap penting untuk keberhasilan hidup di hutan, yaitu pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali.
Akan tetapi, para binatang besar itu tak dapat sepakat untuk menentukan mata pelajaran mana yang paling penting. Sebagai keputusan, seluruh siswa diharuskan mengikuti seluruh mata pelajaran. Saat sekolah dibuka dan menerima murid dari penjuru hutan, semuanya berbahagia. Semua berjalan lancar dan bergembira pada awalnya sampai suatu ketika terjadi peristiwa. Seekor kelinci yang menjadi siswa di sekolah tersebut mengalami masalah. Tak ada seorang pun di hutan yang tak mengetahui bahwa kelinci terkenal piawai berlari.
Akan tetapi, saat mengikuti kelas berenang ternyata kelinci nyaris tenggelam. Pengalaman itu mengguncangkan kelinci. Dia terus berusaha mengikuti pelajaran berenang walaupun berada dalam trauma. Akibatnya, kelinci tak dapat lari secepat sebelumnya. Demikian pun murid lain menghadapi masalah. Elang yang dikenal jago terbang ternyata menghadapi masalah dalam pelajaran menggali. Dia tak dapat berprestasi dalam pelajaran menggali sehingga harus belajar ekstra yang membuatnya melupakan keahlian terbangnya.
Demikianlah. Kesulitan demi kesulitan dialami oleh binatang-binatang kecil lainnya, seperti bebek, burung pipit, bunglon, ular, dan sebagainya. Para binatang kecil itu tidak memiliki kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahlian mereka masing-masing. Sebab, mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka, bakat yang telah dikaruniakan kepada mereka.
Kisah ini adalah ilustrasi yang dibuat oleh Thomas Armstrong (In Their Own Way Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences) untuk menggambarkan konsep Multiple Intelligences yang dijabarkan Howard Gardner sebelumnya.
Kita semua sebenarnya terlahir dengan membawa bakat alami. Maka, jika ingin dirimu bersinar, temukan dulu bakatmu apa. Dengarkan suara hatimu, ingin melangkah ke arah mana. Tentu saja ada banyak jalan di depan sana. Tapi carilah jalan yang sebenarnya telah kau kuasai medannya bahkan ‘sebelum engkau lahir ke dunia ini’.
Acuhkan mulut orang lain. Ingat-ingat saja ucapan Schopenhauer, bahwa “Orang yang rendah derajatnya merasa senang sekali bila dapat menemukan kesalahan atau ketololan orang besar.” Bukankah akan lebih menyenangkan jika kita memperdalam ‘kesaktian’ kita sendiri, jika dibanding kita mencari-cari kelemahan orang lain. Bahkan bisa jadi, orang lain sudah berhasil memperbaiki dirinya, sementara kita masih nyinyir membicarakan atau mengolok-oloknya dengan kelemahan tersebut. Kita bisa saja mengolok-olok seekor kelinci yang tak pandai berenang atau memanjat. Tapi siap-siaplah untuk terkejut jika kemudian kau kalah dalam soal berlari atau menggali.*

(Kisah di atas dikutip dari buku “Orang Jujur Tidak Sekolah” karya Andri Rizki Putra, Penerbit Bentang Pustaka, halaman 214)


*Gambar diambil dari; http://gambardanfoto.com/10-gambar-katak-hijau-yang-lucu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar