Pesan Apa Adanya dari Blog Petualang
Judul Buku : The
Naked Traveler Anthology
Penulis :
Trinity dkk.
Penerbit :
Penerbit B fisrt (PT Bentang Pustaka)
Cetakan :
Ketiga, September 2014
Tebal :
221 halaman
ISBN
: 978-602-1246-05-4
Apa jadinya jika seorang guru, yang biasanya mengajari
orang-orang dewasa, namun justru diejek oleh seorang anak kecil dengan sebutan malae beikten, malae bulak, dan panderu yang dalam bahasa Indonesianya
berarti; orang asing bodoh, orang asing gila, dan banci? Itulah yang terjadi
dengan Okke yang turut ‘menyumbangkan’ cerita dalam buku ini. Sebagai seorang
guru yang mengajari Bahasa Indonesia di daerah Becusse Centro, Dili, Okke
merasa terleceh lantaran di sana bahasa Indonesia
yang ia ajarkan bukanlah hal yang istimewa. Jadi iapun merasa tidak perlu untuk
serius mempelajari bahasa Tetun. Namun, insiden-insiden kecil memalukan di mana
kemudian ia mendapatkan ejekan dari anak si pemilik rumah kontrakannya,
semangat untuk dapat menguasai bahasa Tetun pun meluap seketika (hal. 91).
Pengalaman memalukan seperti itu justru menjadi penyebab ia mendapatkan ilmu
yang berharga. Berbeda lagi dengan apa yang dialami Mayawati Nur Halim saat ia
melakukan Buddhist Pilgrimage di India.
Katanya, bersiap-siaplah untuk ‘menyambut’ serangkaian peristiwa mengejutkan
jika berkeinginan mengunjungi kota-kota kecilnya. Bukan cuma soal jorok dan
kumuh seperti yang dibicarakan banyak pelancong, melainkan banyaknya pengemis
agresif dan para penipu berkedok rupa-rupa. Tips dari Maya: Pertama, jangan
terlalu gampang memberi tip, apalagi terlalu besar, karena room boy-room boy itu pada ‘setia kawan’ dan cepat sekali
mengabarkan berita tentang adanya ‘dermawan’ yang mengunjungi wilayah mereka.
Kedua, tak perlu kasihan, tak usah memberi derma sama sekali kepada
pengemis-pengemis di India, bahkan di tempat sepi, kepada pengemis cilik yang
kelihatan innocent sekalipun, karena
Anda tak pernah tahu ternyata dia punya ‘pasukan’. Ketiga, tetaplah teguh
pendirian dan jangan gampang tertipu oleh sekelompok orang yang seolah-olah
berniat baik. Keempat, kita mesti lebih galak dari mereka yang berniat menipu.
Kelima, lebih baik tak usah membeli apa pun dari pedagang asongan karena sekali
membeli, kita akan dianggap punya banyak uang dan akan terus menjadi incaran. Dan
keenam, jangan langsung percaya dengan orang berjubah biksu di tempat-tempat ziarah
di India
dan ingat-ingatlah bahwa menurut aturan kebiksuan, biksu tak boleh menerima
uang (hal. 202-209).
Secara garis besar, membaca kisah 15 petualang dengan
ragam latar belakang ini, Anda akan diajak berkenalan dengan adat negeri orang
(dalam ‘Jarak Selemparan Batu’, ‘Banyak Bertanya Tetap Sesat di Jalan’).
Tentang kondisi sosial dalam ‘Hemat Pangkal Repot’ (di mana setiap toilet di
Eropa tak pernah luput dari pajak yang begitu mahal), ‘Jadi Guru di Thailand’
(di mana seorang guru di sana
banyak mendapatkan fasilitas spesial), dan ‘Serunya Pasar Loak di Dubai’ (bahwa
ternyata pasar loak pun tetap menjadi tempat belanja favorit di negara kaya).
Tentang apa saja yang dibutuhkan bagi seorang traveler dalam ‘Pteromerhanophobia’, ‘Penumpang Haram’, ‘Sampah
Liburan’, dan ‘Air Oh Air’ (bahwa ternyata air keran kamar mandi di Amerika
sama dengan air minum!). Sampai ke hal-hal berbau mistis yang patut diwaspadai
dalam ‘The Most Dangerous Hot Spring’ (sebuah sumber mata air panas yang
terletak di Kecamatan Air Hangat Barat, Kerinci. Di mana sangat terlarang bagi
orang yang mempunyai masalah berat dan berpikiran kosong untuk datang ke sana, karena ternyata
tempat itu merupakan tempat favorit untuk bunuh diri), dan ‘Sedikit-Sedikit
Berbau Mistis’ (menceritakan beberapa lokasi yang disucikan).
Bila saat ini di toko buku begitu ramai dengan buku-buku
yang ditulis oleh selebtwit (akun Twitter
pribadi yang memiliki banyak follower),
maka buku ini justru kebalikannya. Para
penulis, mulanya tidak memiliki akun Twitter dan tidak menulis karena punya
banyak follower, bahkan tak menyangka
akan dijadikan buku. Sehingga tulisan-tulisan yang dihasilkan dari perjalanan
pribadi mereka ini terlihat sangat jujur, dan orisinal.*
(Nur Hadi, Jateng Pos, Minggu 16 November 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar