Selasa, 04 November 2014

Menjadi Pribadi yang Luar Biasa



Menjadi Pribadi yang Luar Biasa

Versi 1 (Majalah Luar Biasa, edisi Oktober 2014)


Judul Buku  :  Jadikan Dirimu Orang yang Tak Terlupakan
Penulis        :  Widarko Bangkit
Penerbit       :  Penerbit Laksana
Cetakan       :  Pertama,  September 2014
Tebal           :  190 halaman
ISBN           :  978-602-255-644-2


Buku ini terbagi lima bagian; pertama, tentang pengaruh seseorang yang pada dasarnya telah ada pada diri masing-masing. Kedua, membahas seni dan taktik memengaruhi orang lain. Ketiga, bagaimana membuat sifat yang memesona banyak orang. Keempat, belajar dari para tokoh tentang bagaimana mereka berkarya dan berjuang hingga tidak pernah dilupakan sejarah. Dan kelima, tips-tips untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan diri supaya menjadi pribadi tak terlupakan.
Senada dengan ucapan Ralph Waldo Emerson (penyair dan filsuf Amerika) bahwa setiap orang pada dasarnya mempunyai pengaruh. Akan tetapi tentu saja, pengaruh tersebut selayaknya dilatih dan dikembangkan agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Menjadi orang berpengaruh sebaiknya bukan hanya mampu membaca dan memengaruhi orang lain, tetapi juga bisa membaca diri sendiri melalui pandangan orang lain; seberapa harga atau nilai kita di mata mereka, pantas atau tidaknya kita diterima. John C. Maxwell menggolongkan seberapa besar pengaruh seseorang ke dalam empat level, yakni keteladanan yang berporos pada indera penglihatan, memotivasi di mana setiap perkataan bisa menjadi daya dorong bagi orang lain, mementoring yang berarti  mampu menunjukkan bagaimana menjadi pribadi tangguh dan luar biasa, serta melipatgandakan yang berarti bisa menciptakan pribadi-pribadi berpengaruh (hal. 15).
Influence Behaviour Questionnaire (IBQ) adalah strategi dan teknik seni memengaruhi orang lain, dikembangkan Profesor Gary Yuki (1992), pengajar di Universitas Albany Amerika yang  paling banyak diterapkan. Persuasi rasional, daya tarik inspirasional, konsultasi, menjilat, daya tarik pribadi, pertukaran keuntungan, koalisi, tekanan, hingga legitimasi. Kesembilan taktik ini selayaknya ditunjang dengan beberapa hal; pertama, arah dari pengaruh, baik kepada atasan, teman setingkat, atau bawahan. Kedua, urutan taktik yakni memulai dengan yang lebih lembut (softer tactics) dan mendasarkan diri pada kekuatan pribadi (personal power). Cara ini dinilai lebih utama sebab orang tertarik bukan lantaran dengan paksaan ataupun uang. Ketiga, faktor budaya yang merupakan pendorong digunakannya alasan maupun sebagai tekanan (hal. 33). Tak jarang, sesuatu yang dianggap tak penting justru berdampak pada cara orang lain menerima kita. Akhirnya, menjadi sosok tak terlupakan seperti yang dibahas pada bagian akhir buku ini bukanlah hal yang sukar.*




Versi 2 (Kabar Probolinggo, Rabu, 5 November 2014)



Siapa yang tak kenal Albert Einstein, Mahatma Gandhi, The Beatles, Bill Gates, hingga Mark Zuckerberg? Bukan saja lantaran kekayaan, penemuan, maupun ide-ide cemerlang mereka saja yang dikenal khalayak umum, namun juga kepribadian mereka yang tak mudah dilupakan sehingga pengaruhnya masih terasa hingga kini. Seperti yang akan dipapar dalam buku yang terbagi lima bagian ini; pertama, tentang pengaruh seseorang yang pada dasarnya telah ada pada diri masing-masing. Kedua, membahas seni dan taktik memengaruhi orang lain. Ketiga, bagaimana membuat sifat yang memesona banyak orang. Keempat, belajar dari para tokoh tentang bagaimana mereka berkarya dan berjuang hingga tidak pernah dilupakan sejarah. Dan kelima, tips-tips untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan diri supaya menjadi pribadi tak terlupakan.
Senada dengan ucapan Ralph Waldo Emerson (penyair dan filsuf Amerika) bahwa setiap orang pada dasarnya mempunyai pengaruh. Akan tetapi tentu saja, pengaruh tersebut selayaknya dilatih dan dikembangkan agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Menjadi orang berpengaruh sebaiknya bukan hanya mampu membaca dan memengaruhi orang lain, tetapi juga bisa membaca diri sendiri melalui pandangan orang lain; seberapa harga atau nilai kita di mata mereka, pantas atau tidaknya kita diterima. John C. Maxwell menggolongkan seberapa besar pengaruh seseorang ke dalam empat level, yakni keteladanan yang berporos pada indera penglihatan, memotivasi di mana setiap perkataan bisa menjadi daya dorong bagi orang lain, mementoring yang berarti  mampu menunjukkan bagaimana menjadi pribadi tangguh dan luar biasa, serta melipatgandakan yang berarti bisa menciptakan pribadi-pribadi berpengaruh (hal. 15). Windarko menyarankan memerhatikan beberapa hal agar kita bisa masuk ke dalam level yang digambarkan Maxwell di atas; integritas, memelihara, percaya, mendengarkan, memahami, mengembangkan, menavigasi, menjalin hubungan, melengkapi, serta memproduksi orang berpengaruh yang lain.
Lantas dengan cara bagaimana kita bisa memengaruhi orang lain? Influence Behaviour Questionnaire (IBQ) adalah strategi dan teknik seni memengaruhi orang lain, dikembangkan Profesor Gary Yuki (1992), pengajar di Universitas Albany Amerika yang  paling banyak diterapkan. Persuasi rasional, daya tarik inspirasional, konsultasi, menjilat, daya tarik pribadi, pertukaran keuntungan, koalisi, tekanan, hingga legitimasi. Kesembilan taktik ini selayaknya ditunjang dengan beberapa hal; pertama, arah dari pengaruh, baik kepada atasan, teman setingkat, atau bawahan. Kedua, urutan taktik yakni memulai dengan yang lebih lembut (softer tactics) dan mendasarkan diri pada kekuatan pribadi (personal power), seperti personal appeals, inspirational appeals, rational persuasion, dan consultation. Cara ini dinilai lebih utama sebab orang tertarik bukan lantaran dengan paksaan ataupun uang. Ketiga, faktor budaya yang merupakan pendorong digunakannya alasan maupun sebagai tekanan (hal. 33). Buku ini juga mengupas metode persuasi yang bisa dilakukan secara rasional dan emosional. Prof. Robert Cialdini dari Universitas Arizona mengungkapkan dalam risetnya, ajakan/pengaruh tersebut selaiknya didasari beberapa prinsip; timbal balik (motif keuntungan), komitmen dan konsistensi (motif nilai), pembuktian sosial, rasa suka, otoritas, serta kelangkaan.
Bagian ketiga buku ini berisi panduan apa saja yang bisa dilakukan agar orang menyukai, menerima, serta memercayai kita. Tak jarang, sesuatu yang dianggap tak penting justru berdampak pada cara orang lain menerima kita. Hukum pergaulan, sering menampakkan diri, saling menyukai, persamaan kedudukan, penyesuaian diri, saling membantu, kesadaran diri, sikap positif, menampakkan kesungguhan minat terhadap orang lain, tersenyum, mengingat nama seseorang, menjadi pendengar yang baik, murah hati, tak pelit memberi pujian, keramahan, membuat orang lain terasa penting, adalah beberapa contoh. Akhirnya, menjadi sosok tak terlupakan seperti yang dibahas pada bagian akhir buku ini bukanlah hal yang sukar.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar