Menjadi Pribadi yang Luar Biasa
Versi 1 (Majalah Luar Biasa, edisi Oktober 2014)
Judul Buku : Jadikan
Dirimu Orang yang Tak Terlupakan
Penulis :
Widarko Bangkit
Penerbit :
Penerbit Laksana
Cetakan :
Pertama, September 2014
Tebal :
190 halaman
ISBN
: 978-602-255-644-2
Buku ini terbagi lima bagian; pertama, tentang pengaruh
seseorang yang pada dasarnya telah ada pada diri masing-masing. Kedua, membahas
seni dan taktik memengaruhi orang lain. Ketiga, bagaimana membuat sifat yang
memesona banyak orang. Keempat, belajar dari para tokoh tentang bagaimana
mereka berkarya dan berjuang hingga tidak pernah dilupakan sejarah. Dan kelima,
tips-tips untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan diri supaya menjadi
pribadi tak terlupakan.
Senada dengan ucapan Ralph Waldo Emerson (penyair
dan filsuf Amerika) bahwa setiap orang pada dasarnya mempunyai pengaruh. Akan
tetapi tentu saja, pengaruh tersebut selayaknya dilatih dan dikembangkan agar
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Menjadi orang berpengaruh sebaiknya
bukan hanya mampu membaca dan memengaruhi orang lain, tetapi juga bisa membaca
diri sendiri melalui pandangan orang lain; seberapa harga atau nilai kita di
mata mereka, pantas atau tidaknya kita diterima. John C. Maxwell menggolongkan
seberapa besar pengaruh seseorang ke dalam empat level, yakni keteladanan yang
berporos pada indera penglihatan, memotivasi di mana setiap perkataan bisa
menjadi daya dorong bagi orang lain, mementoring yang berarti mampu menunjukkan bagaimana menjadi pribadi
tangguh dan luar biasa, serta melipatgandakan yang berarti bisa menciptakan
pribadi-pribadi berpengaruh (hal. 15).
Influence
Behaviour Questionnaire (IBQ) adalah strategi dan teknik seni memengaruhi
orang lain, dikembangkan Profesor Gary Yuki (1992), pengajar di Universitas
Albany Amerika yang paling banyak
diterapkan. Persuasi rasional, daya tarik inspirasional, konsultasi, menjilat,
daya tarik pribadi, pertukaran keuntungan, koalisi, tekanan, hingga legitimasi.
Kesembilan taktik ini selayaknya ditunjang dengan beberapa hal; pertama, arah
dari pengaruh, baik kepada atasan, teman setingkat, atau bawahan. Kedua, urutan
taktik yakni memulai dengan yang lebih lembut (softer tactics) dan mendasarkan diri pada kekuatan pribadi (personal power). Cara ini dinilai lebih
utama sebab orang tertarik bukan lantaran dengan paksaan ataupun uang. Ketiga,
faktor budaya yang merupakan pendorong digunakannya alasan maupun sebagai
tekanan (hal. 33). Tak jarang, sesuatu yang dianggap tak penting justru
berdampak pada cara orang lain menerima kita. Akhirnya, menjadi sosok tak
terlupakan seperti yang dibahas pada bagian akhir buku ini bukanlah hal yang
sukar.*
Versi 2 (Kabar Probolinggo, Rabu, 5 November 2014)
Siapa yang tak kenal Albert Einstein, Mahatma
Gandhi, The Beatles, Bill Gates, hingga Mark Zuckerberg? Bukan saja lantaran
kekayaan, penemuan, maupun ide-ide cemerlang mereka saja yang dikenal khalayak
umum, namun juga kepribadian mereka yang tak mudah dilupakan sehingga
pengaruhnya masih terasa hingga kini. Seperti yang akan dipapar dalam buku yang
terbagi lima
bagian ini; pertama, tentang pengaruh seseorang yang pada dasarnya telah ada
pada diri masing-masing. Kedua, membahas seni dan taktik memengaruhi orang
lain. Ketiga, bagaimana membuat sifat yang memesona banyak orang. Keempat,
belajar dari para tokoh tentang bagaimana mereka berkarya dan berjuang hingga
tidak pernah dilupakan sejarah. Dan kelima, tips-tips untuk meningkatkan
kualitas dan pengembangan diri supaya menjadi pribadi tak terlupakan.
Senada dengan ucapan Ralph Waldo Emerson (penyair
dan filsuf Amerika) bahwa setiap orang pada dasarnya mempunyai pengaruh. Akan
tetapi tentu saja, pengaruh tersebut selayaknya dilatih dan dikembangkan agar
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Menjadi orang berpengaruh sebaiknya
bukan hanya mampu membaca dan memengaruhi orang lain, tetapi juga bisa membaca
diri sendiri melalui pandangan orang lain; seberapa harga atau nilai kita di
mata mereka, pantas atau tidaknya kita diterima. John C. Maxwell menggolongkan
seberapa besar pengaruh seseorang ke dalam empat level, yakni keteladanan yang
berporos pada indera penglihatan, memotivasi di mana setiap perkataan bisa
menjadi daya dorong bagi orang lain, mementoring yang berarti mampu menunjukkan bagaimana menjadi pribadi
tangguh dan luar biasa, serta melipatgandakan yang berarti bisa menciptakan
pribadi-pribadi berpengaruh (hal. 15). Windarko menyarankan memerhatikan
beberapa hal agar kita bisa masuk ke dalam level yang digambarkan Maxwell di
atas; integritas, memelihara, percaya, mendengarkan, memahami, mengembangkan,
menavigasi, menjalin hubungan, melengkapi, serta memproduksi orang berpengaruh
yang lain.
Lantas dengan cara bagaimana kita bisa memengaruhi
orang lain? Influence Behaviour
Questionnaire (IBQ) adalah strategi dan teknik seni memengaruhi orang lain,
dikembangkan Profesor Gary Yuki (1992), pengajar di Universitas Albany Amerika
yang paling banyak diterapkan. Persuasi
rasional, daya tarik inspirasional, konsultasi, menjilat, daya tarik pribadi,
pertukaran keuntungan, koalisi, tekanan, hingga legitimasi. Kesembilan taktik ini
selayaknya ditunjang dengan beberapa hal; pertama, arah dari pengaruh, baik
kepada atasan, teman setingkat, atau bawahan. Kedua, urutan taktik yakni
memulai dengan yang lebih lembut (softer
tactics) dan mendasarkan diri pada kekuatan pribadi (personal power), seperti personal
appeals, inspirational appeals, rational persuasion, dan consultation. Cara ini dinilai lebih
utama sebab orang tertarik bukan lantaran dengan paksaan ataupun uang. Ketiga,
faktor budaya yang merupakan pendorong digunakannya alasan maupun sebagai
tekanan (hal. 33). Buku ini juga mengupas metode persuasi yang bisa dilakukan
secara rasional dan emosional. Prof. Robert Cialdini dari Universitas Arizona mengungkapkan
dalam risetnya, ajakan/pengaruh tersebut selaiknya didasari beberapa prinsip;
timbal balik (motif keuntungan), komitmen dan konsistensi (motif nilai),
pembuktian sosial, rasa suka, otoritas, serta kelangkaan.
Bagian ketiga buku ini berisi panduan apa saja yang
bisa dilakukan agar orang menyukai, menerima, serta memercayai kita. Tak
jarang, sesuatu yang dianggap tak penting justru berdampak pada cara orang lain
menerima kita. Hukum pergaulan, sering menampakkan diri, saling menyukai,
persamaan kedudukan, penyesuaian diri, saling membantu, kesadaran diri, sikap
positif, menampakkan kesungguhan minat terhadap orang lain, tersenyum,
mengingat nama seseorang, menjadi pendengar yang baik, murah hati, tak pelit
memberi pujian, keramahan, membuat orang lain terasa penting, adalah beberapa
contoh. Akhirnya, menjadi sosok tak terlupakan seperti yang dibahas pada bagian
akhir buku ini bukanlah hal yang sukar.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar