Membaca Masa Depan
Masa
depan adalah sesuatu yang absurd, yang takkan bisa ditebak dengan rumus apa
pun. Inilah yang kemudian menumbuhkan perasaan negatif dalam pikiran Arya Sena.
Untuk memberikan efek penyeimbang, saya hadirkan tokoh Bambang Harmoko yang
begitu yakin dengan segala usaha dan kerja kerasnya.
Mengingat
cerita ini, adalah juga mengingat ketika saya masih memakai mesin ketik manual
untuk mengetik setiap cerita setelah selesai saya tulis di buku tulis. Rasanya
memang melelahkan sekali. Orangtua saya bahkan sempat menganggap bahwa apa yang
saya lakukan adalah sesuatu yang sia-sia.
Mengingat
cerita ini, juga mengingat ketika daerah Wareng masih berupa area yang
disejukkan oleh deretan pepohonan kapuk randu. Sungai yang mengalir di situ
bahkan masih dihuni oleh aneka ikan kali yang melimpah. Tapi siapa tahu,
lamunan saya—beberapa tahun kemudian, menjelma menjadi sesuatu yang nyata. Apa
yang saya khawatirkan ternyata terjadi. Daerah itu kini telah lenyap dan
berganti dengan deretan pabrik yang berhawa panas. Dan sungainya mati tertimbun
sampah.
Mengingat
cerita ini, adalah mengingat kebaikan Pak Sayid Imron (Impong) yang selalu
setia mendengarkan ocehan omong kosong saya tentang dunia literasi—padahal
ketika itu saya sendiri masih belum tahu apa-apa. Beliaulah yang meminjami saya
mesin ketik manual hingga kemudian mampu beli mesin ketik sendiri (dari honor
menulis) lantaran mesin ketik beliau mulai anyang-anyangan (maksudnya rusak).
Mengingat
cerita ini sebenarnya juga mengingat keputusasaan saya, lantaran ketika itu
Majalah An-Nida (media yang mau menerima karya masa-masa awal saya akhirnya
menyerah di dunia nyata dan harus bertransformasi ke dunia maya). Cerbung yang
sekiranya saya gunakan untuk ‘menyerang’ Nida cetak ternyata nasibnya ‘hanya’
tayang di media online, sebuah dunia yang bagi saya sendiri sebenarnya masih
asing.
Mengingat
cerita ini adalah juga mengingat jasa Agus Prayoga yang mengenalkan saya dengan
An-Nida, Anwar Musyaddad yang mesti rela melayani kegilaan saya dengan HP 3G
untuk mengintip Nida Online, Agus Listiyono yang jadi pengawal dadakan demi
berburu komputer bekas, serta teman-teman yang berusaha membawa saya ke dunia
lain selain ‘rumah’nya An Nida. Kenangan-kenangan ini mungkin terdengar remeh,
namun mesti saya ingat seumur hidup.
Mengingat
cerita ini adalah mengingat masa pertama kali saya mengenal email dan facebook.
Dan
setelah teringat dengan semua itu, masa depan rasanya bukanlah hal yang absurd
lagi lantaran semuanya sepertinya memang telah ditentukan sejak dari masa lalu (saya
tiba-tiba jadi jatuh cinta dengan karakter Bambang :-D ).
Dan setelah tujuh tahun terpendam dalam ‘rumah’nya
Nida, saya bersyukur sekali akhirnya kisah sepasang sahabat ini bisa keluar
menemui pembacanya di dunia nyata. Alhamdulillah.*
O ya, untuk pemesanan, silakan meluncur ke web penerbit DIVA Press ya...!
Lewat saya juga bisa. SMS/WA: 085740647371
Lewat saya juga bisa. SMS/WA: 085740647371
Tidak ada komentar:
Posting Komentar