Takdir dan Cinta
Ibuku
adalah lautan tak bertepi. Hilir segala keluh kesah kami anak-anaknya. Kami
anak-anaknya adalah sungai-sungai kecil yang sering mengangkut berbagai sampah
dan membuangnya ke lautan Ibu. Bahkan termasuk Bapak.
Kakakku,
enggan sekolah, enggan bekerja, dan lebih memilih menjadi kelelawar Malioboro.
Banyak sampah sering dibawanya pulang. Pernah digebuki preman karena merampas
ladang mengamen orang. Pernah digaruk polisi karena mabuk cimeng. Puncaknya adalah ketika ditinggal pergi pacarnya,
sampai-sampai kakakku benar-benar menjadi sampah yang mengotori rumah. Suatu
hari tiba-tiba saja dia berubah menjadi banteng ketaton, membuat remuk dan pecah
segala yang terjamah. Akhirnya kami terpaksa memborgol tangan kakinya dan lalu
menyeretnya ke RSJ. Kini, tiap bulan ia harus rutin ke sana guna mengontrol perkembangan psikisnya.
Siapa pula yang harus terperas jiwa raganya kalau bukan Ibu?