Sabtu, 15 Desember 2018

Masa Depan Takhayul di Pegunungan Carpathia



Masa Depan Takhayul di Pegunungan Carpathia




Judul Buku  : The Castle of the Carpathians
Penulis        : Jules Verne
Penerjemah : Prisca Primasari
Penerbit      : Penerbit Qanita
Cetakan      : Pertama,  2017
Tebal          : 246 halaman
ISBN          : 978-602-402-074-3


Novel ini seperti sebuah “ramalan” yang secara terang-terangan diceritakan oleh Jules Verne bahwa masa depan takhayul sebenarnya akan berakhir seperti kisah hantu-hantu penghuni kastel di Pegunungan Carpathian. Ditulis semasa dengan penemuan pesawat telepon, alur novel ini menggunakan prinsip dasar teknologi penemuan Alexander Graham Bell itu. Yang dengannya, Orfanik—salah seorang tokoh antagonis dalam cerita ini menggunakannya untuk memata-matai semua percakapan penduduk Werst yang sebelumnya aman-aman saja. Ide semacam ini jelas patut diacungi jempol lantaran hanya dengan jangkauan imajinasi, Jules Verne seolah sudah bisa membaca masa depan takhayul-takhayul yang selama ini berkembang di tengah masyarakatnya melalui penemuan sains. Bahwa hal-hal gaib, kadangkala bisa dijelaskan dan dipecahkan dengan mudah melalui sains.
Dimulai dengan cerita teror yang menyelimuti Desa Werst terkait cerita-cerita seram di sekeliling kastel Carpathians, Nic Dec—si Pengawas Hutan dan Dokter Patak kemudian disepakati menjadi wakil warga desa untuk menguak misteri penghuni Kastel Carpathians. Nic Deck sempat mendapatkan ‘ancaman’ melalui bisikan halus bahwa aksi mereka itu akan mendapatkan kutukan malapetaka. Dan selama dalam perjalanan, kesialan-kesialan itu pun nyatanya memang terbukti. Beragam teror mewarnai perjalanan dua sukarelawan konyol ini kemudian. Puncaknya, ketika telah mencapai puncak pintu gerbang kastel, Nic Deck mendapatkan serangan ganjil yang kemudian membuatnya tiba-tiba terpental jatuh, sementara kedua kaki Dokter Patak tak mampu digerakkan sama sekali seolah terpaku pada tanah tempatnya berpijak. Kepulangan mereka pun semakin mempertebal keyakinan warga desa tentang keangkeran kastel tersebut.
Di tengah-tengah deraan ketakutan yang menyelimuti warga Desa Werst kemudian muncullah dua orang pelancong yang ternyata kemudian merasa memiliki hubungan dengan Kastel Carpathians—milik keluarga Baron de Gortz, dan merasa harus ikut memecahkan teka-teka di baliknya. Dua orang pelancong ini ternyata memiliki pertalian masa lalu dengan pewaris terakhir kastel tersebut.
Kita kemudian diajak sejenak untuk menyusuri masa lalu pelancong yang bernama Franz de Telek—keturunan terakhir keluarga Count de Telek sang majikan kastel Krajowa. Pasca kematian kedua orangtuanya, pemuda rumahan ini merasa hidupnya kembali membaik setelah bertemu dengan La Stilla—biduanita rupawan yang menjadi daya tarik utama sebuah kelompok teater di San Carlo, Napoli. Tapi itu hanya sebentar, meski toh akhirnya ia berhasil memperisitri perempuan pujaannya itu. Kegigihannya berebut cinta sang biduanita dengan sang Baron harus diakhiri juga ketika La Stilla menemui ajal dalam momen yang sungguh dramatis—yakni saat melantunkan stretto indah pada penghujung aria. Momen inilah yang kelak akan terus menghantui Count de Telek, terutama ketika suara merdu itu tiba-tiba muncul dari arah kastel Carpathians, sehingga ia amat yakin bahwa teror-teror di sekitaran Werst itu adalah sebuah siasat seseorang yang memiliki motif jahat tertentu.
Ada apa sebenarnya di dalam Kastel Carpathians itu? Benarkah La Stilla menjadi seorang arwah penasaran yang kemudian menebarkan teror kepada siapapun yang hendak menyambangi kastel Baron de Grotz? Meski menggunakan alur linier, ketegangan Anda akan diulur hingga menjelang lembar-lembar akhir cerita ini. Meski sebagian penemuan sains yang dimanfaatkan Jules Verne untuk ‘melogiskan’ beberapa kejadian dalam cerita ini belum diketemukan pada masanya—misalnya gambar hologram, Verne seolah menanamkan optimisme kepada para pembacanya bahwa dunia sains akan segera mampu memecahkan kode-kodenya. Maka tak heran jika novelis produktif ini dinobatkan sebagai ‘Bapaknya Fiksi Ilmiah’ bersama dengan H.G. Wells, di samping juga merupakan penulis yang karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dunia dan menusia kesuksesan ketika difilmkan.
           Keklasikan latar cerita menjadikan cerita Verne khas, sementara kepintarannya dalam memasukkan teknologi sains menjadikan cerita Verne mampu bertahan lama mendampingi perkembangan zaman.*



*Nur Hadi, Kabar Madura, 29 November 2018

1 komentar:

  1. Enklosur.blosgpot.com adalah demo tema Enklosur, sebuah desain Blogger unik yang mengedepankan kesederhanaan fitur Blogger dalam smartphone Android.

    Kawan-kawan dapat memiliki dan memasang template ini dengan bebas biaya. Artinya, tidak dipungut biaya. Postingan tanpa menampilkan judul melalui smartphone, seperti status Facebook, kicauan Twitter, dan gambar di Instagram. Sila bagikan dan sebarluaskan, posting ulang sesuka Anda. Tema Enklosur ada untuk semuanya.

    Sila kunjungi Areapandang.blogspot.com untuk mengunduh dan memasangnya di blog kamu sesuai dengan konsep dan tata cara posting melalui aplikasi resmi Blogger untuk Android dari Google langsung.

    Salam,

    Padma Aksara Barya

    BalasHapus