Mencari Toilet dalam Kepalamu
Kau menekuri meja kerjamu dengan serius. Kepalamu seolah tenggelam dalam
data-data para pemasang iklan. Tapi aku yakin tidak. Pasti ada sebuah ruang
kosong di mana kau kesepian dan membutuhkan telinga orang lain yang mau diajak
berbagi tentang luka dan harapan setelah kelakuan lelakimu. Pasti ada.
Karena itulah kadang aku bertindak sedikit konyol, mencari-cari kelakuan
apa yang sekiranya bisa mencuri perhatianmu. Seperti tadi pagi misalnya. Aku
sengaja usul membikin rujak, yang aku tahu itu camilan favoritmu. Dengan
sepiring rujak yang berada di meja kerjaku, sebenarnya aku berharap agar kau
jadi sering-sering menoleh ke sini, ke arahku, ke mataku. Agar dapat
kutunjukkan rasa yang tersimpan rapi di dalamku kepadamu.
Namun hingga potongan-potongan nanas, jambu air, belimbing, dan mangga
itu perlahan tandas oleh tangan-tangan lapar teman-teman, kuperhatikan kau
hanya menoleh sekali saja. Padahal betapa ingin aku melihatmu datang kepadaku,
memperlihatkan senyum, keluar dari kesedihan yang mengungkungmu, membuka hati
dan mata, agar bisa melihat bahwa ada cinta lain yang siap menyembuhkan
luka-lukamu.
Apa mungkin karena rujak terlalu sepele untuk sarana menunjukkan rasaku
kepadamu? Mungkin aku harus mencari cara lain untuk bisa lebih dekat denganmu,
agar kau bisa mencium apa yang tersimpan di dalam dadaku.
* * *